Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) bernama Sayyida mengalami situasi menegangkan saat serangan udara Israel ke Iran pada Jumat, 13 Juni 2025. Ia terpaksa berlindung di bunker di Teheran, ibu kota Iran, yang menjadi sasaran serangan tersebut. Kisah Sayyida, yang juga mahasiswi Ahlul Bayt International University, mengungkapkan kehidupan di tengah konflik yang tengah melanda Iran.
Sayyida merupakan salah satu dari 383 WNI yang tercatat di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Teheran. Keberadaannya di Iran sejak sebelum Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI menetapkan status Siaga 2 untuk Iran pada Juli 2024, menunjukkan antisipasi pemerintah terhadap situasi keamanan yang memburuk.
Pengalaman Menegangkan WNI di Tengah Serangan Udara
Suasana Teheran, menurut Sayyida, masih terbilang kondusif. Akan tetapi, aktivitas kota tampak berkurang karena libur panjang dan kekhawatiran masyarakat akan serangan lanjutan. Banyak warga yang secara mandiri memilih untuk mengungsi ke tempat yang dianggap lebih aman.
Awalnya, Sayyida mengira suara ledakan adalah suara petasan. Namun, suara ledakan semakin keras dan sering, menyerupai suara petir. Ia menyadari bahwa itu adalah serangan udara setelah sekitar 30 menit. Serangan tersebut berlangsung dari malam hingga pagi hari.
Langkah Pengamanan Diri dan Tantangan Evakuasi
Mendengar ledakan, Sayyida segera berlindung di bunker. Meskipun warung-warung masih buka dan aktivitas di luar tampak normal, ia merasa penting untuk mengamankan diri. Keputusan tersebut merupakan tindakan pencegahan yang bijak di tengah situasi yang tidak pasti.
Sayyida menjelaskan bahwa bandara Teheran telah ditutup sejak hari pertama serangan. Hal ini membuat jalur darat menjadi satu-satunya alternatif evakuasi jika situasi semakin memburuk. Perjalanan darat dari Teheran ke Turki atau Pakistan diperkirakan membutuhkan waktu tiga hari.
Peran Pemerintah Indonesia dalam Menangani Situasi
KBRI Teheran dan Kemlu RI telah menyiapkan rencana kontinjensi dan terus berkomunikasi dengan seluruh WNI di Iran. Mereka berupaya untuk memantau kondisi dan keselamatan warga negara Indonesia di tengah konflik tersebut.
Pemerintah Indonesia juga terus memantau situasi geopolitik di kawasan tersebut dan menyusun langkah-langkah perlindungan bagi WNI. KBRI Teheran menyediakan hotline +989024668889 bagi WNI yang mengalami situasi darurat. Informasi ini disebarluaskan melalui akun media sosial resmi Kemlu RI.
Peran KBRI Teheran
KBRI Teheran aktif dalam mengkomunikasikan perkembangan situasi kepada WNI di Iran. Upaya ini memastikan informasi terkini sampai kepada warga negara Indonesia dan memberikan rasa aman.
Langkah Antisipasi Kemlu RI
Kemlu RI terus memantau perkembangan situasi dan membuat langkah-langkah antisipasi, termasuk kemungkinan evakuasi WNI. Komunikasi yang intens dengan KBRI Teheran dan WNI di Iran sangat penting untuk menjaga keselamatan mereka.
Kesimpulannya, pengalaman Sayyida menjadi gambaran nyata situasi yang dihadapi WNI di Iran selama serangan udara Israel. Meskipun suasana umum masih kondusif, kewaspadaan dan langkah-langkah pengamanan diri sangat penting. Peran aktif KBRI Teheran dan Kemlu RI dalam memantau dan melindungi WNI di Iran juga menjadi faktor penting dalam menghadapi situasi yang penuh ketidakpastian ini. Keberhasilan komunikasi dan koordinasi antara pemerintah dan WNI di Iran menjadi kunci keberhasilan dalam menjaga keamanan dan keselamatan warga negara Indonesia.