Indonesia, yang selama dua tahun berturut-turut menduduki peringkat teratas dalam Global Muslim Travel Index (GMTI), kini harus puas berada di posisi kelima. Penurunan peringkat ini menjadi sorotan, mengingat Indonesia selama ini dikenal sebagai destinasi wisata ramah muslim favorit.
Beberapa faktor utama mempengaruhi pilihan wisatawan muslim, antara lain ketersediaan aplikasi perjalanan halal, peran penting wisatawan muslimah, fasilitas ramah muslim yang memadai, peningkatan tren solo traveling, dan tren liburan digital detox.
Penurunan Peringkat Indonesia di GMTI 2025
Kementerian Pariwisata mengakui penurunan peringkat Indonesia dalam GMTI 2025. Hal ini dianggap sebagai pembelajaran berharga.
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata, Hariyanto, menjelaskan bahwa penurunan peringkat bukan karena penurunan nilai Indonesia, melainkan karena negara kompetitor berkembang lebih pesat.
Indonesia saat ini tengah dalam masa penataan dan evaluasi untuk meningkatkan daya saingnya di sektor pariwisata ramah muslim.
Strategi Pengembangan Pariwisata Ramah Muslim Indonesia
Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) tengah gencar melakukan sosialisasi wisata ramah muslim.
Sosialisasi ini menjadi bagian dari strategi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas fasilitas dan layanan pariwisata ramah muslim di Indonesia.
Setelah masa penataan dan evaluasi selesai, Kementerian Pariwisata optimis Indonesia dapat kembali bersaing dan merebut kembali posisi puncak GMTI.
Peran BPJPH dalam Pengembangan Wisata Halal
BPJPH memainkan peran krusial dalam mensosialisasikan sertifikasi halal dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya wisata ramah muslim.
Sosialisasi ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah destinasi wisata di Indonesia yang memiliki sertifikasi halal dan fasilitas pendukung yang memadai.
Analisis Pakar dan Persaingan Global
Pengamat pariwisata, Taufan Rahmadi, mengatakan penurunan peringkat Indonesia mencerminkan persaingan global yang semakin ketat di sektor wisata ramah muslim.
Negara-negara seperti Turki, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab telah berinvestasi besar dalam infrastruktur, promosi digital, dan pengembangan ekosistem halal terintegrasi.
Hal ini membuat mereka mampu bersaing secara signifikan dengan Indonesia dalam menarik wisatawan muslim.
Malaysia berhasil meraih peringkat pertama GMTI 2025, diikuti Turki, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan kemudian Indonesia.
Untuk kategori negara non-OKI (Organisasi Kerja Sama Islam), Singapura berada di peringkat teratas, disusul Inggris, Hong Kong, Taiwan, dan Thailand.
Penurunan peringkat Indonesia di GMTI 2025 menjadi momentum untuk melakukan evaluasi dan perbaikan. Dengan strategi yang tepat dan kolaborasi yang kuat antara pemerintah dan pelaku industri, Indonesia masih memiliki potensi besar untuk kembali menjadi destinasi wisata ramah muslim terfavorit di dunia. Keberhasilan ini membutuhkan komitmen dan kerja keras seluruh pihak yang terlibat dalam pengembangan pariwisata Indonesia.