PT Waskita Karya Tbk (WSKT) saat ini mengelola 52 proyek hingga Juni 2025. Proyek-proyek tersebut tersebar di berbagai wilayah Indonesia dan mencakup beragam sektor, mulai dari pembangunan gedung hingga infrastruktur konektivitas dan sumber daya air. Hal ini menunjukkan komitmen Waskita Karya dalam berkontribusi pada pembangunan nasional.
Direktur Keuangan Waskita Karya, Wiwi Suprihatno, menyatakan bahwa portofolio proyek perusahaan meliputi beberapa proyek strategis nasional. Beberapa contohnya adalah pembangunan LRT Velodrome-Manggarai, Jalan Tol Palembang-Betung, dan Bendungan Jragung.
Proyek-Proyek Strategis Waskita Karya
Waskita Karya terus aktif dalam mendapatkan proyek-proyek baru. Buktinya, perusahaan baru saja memenangkan kontrak pembangunan Peningkatan Jalan Paket D di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) 1B-1C IKN, Kalimantan Timur.
Nilai proyek tersebut mencapai Rp396,6 miliar. Hal ini menunjukkan kepercayaan pemerintah terhadap kapabilitas Waskita Karya dalam membangun infrastruktur IKN.
Proyek-proyek gedung juga mendominasi raihan kontrak baru Waskita Karya. Hingga Juni 2025, perusahaan telah meraih Nilai Kontrak Baru (NKB) sebesar Rp1,4 triliun.
Beberapa proyek gedung yang telah didapatkan antara lain Konstruksi Bangunan Gedung DRPD DIY, Pembangunan RSUD Akhmad Berahim di Kalimantan Utara, dan RSUD Tuan Besar Syarif Idrus di Kalimantan Barat.
Mitigasi Risiko dan Selektivitas Proyek
Waskita Karya menerapkan mitigasi risiko yang ketat sebelum mengambil proyek baru. Hal ini dilakukan melalui komite manajemen konstruksi untuk memastikan proyek yang dikerjakan tidak membebani keuangan perusahaan dan memiliki risiko yang rendah.
Wiwi Suprihatno menekankan perubahan strategi perusahaan dalam memilih proyek. Waskita kini lebih selektif, fokus pada proyek dengan skema pembayaran bulanan (monthly payment) dan memiliki uang muka.
Dengan pendekatan ini, Waskita Karya berupaya mengurangi potensi risiko keuangan. Hal ini menunjukkan komitmen perusahaan untuk mencapai keberlanjutan usaha.
Restrukturisasi dan Transformasi Perusahaan
Waskita Karya juga tengah fokus pada implementasi restrukturisasi perusahaan. Restrukturisasi ini mencakup perbaikan tata kelola, transformasi operasional, dan keuangan.
Pada tahun lalu, perusahaan telah mendapatkan persetujuan dari 22 kreditur perbankan untuk Master Restructuring Agreement (MRA) dan Kredit Modal Kerja Penjaminan (KMKP) 2021. Nilai outstanding dari kesepakatan ini mencapai Rp31,65 triliun.
Usulan restrukturisasi MRA terbaru dinyatakan efektif pada Oktober 2024. Hal ini memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan kas dan kelancaran operasional.
Dampak Positif Restrukturisasi
Salah satu dampak positif restrukturisasi adalah peningkatan pembayaran pajak. Sepanjang tahun 2024, Waskita telah membayar pajak sebesar Rp2,9 triliun, meningkat 116,05 persen year on year (yoy).
Utang vendor yang jatuh tempo (past due) sejak 2022 juga mengalami penurunan signifikan. Penurunan mencapai 84 persen, dari Rp2,1 triliun menjadi Rp340 miliar pada kuartal I 2025.
Total utang Waskita secara keseluruhan juga turun. Sejak MRA efektif, total utang turun 18,8 persen dari Rp84 triliun menjadi Rp68,14 triliun pada kuartal pertama 2025.
Waskita Karya berkomitmen untuk memenuhi seluruh kewajiban keuangan kepada kreditur. Ke depannya, perusahaan akan fokus pada transformasi untuk meningkatkan kinerja.
Transformasi tersebut meliputi beberapa hal penting. Di antaranya, stabilitas keuangan melalui restrukturisasi, fokus pada core business, perbaikan tata kelola, dan peningkatan kompetensi SDM.
Dengan berbagai upaya transformasi tersebut, Waskita Karya berupaya untuk beroperasi secara berkelanjutan dan terus berkontribusi pada pembangunan Indonesia. Komitmen ini tercermin dalam berbagai proyek strategis yang dikerjakan perusahaan.