Pernahkah Anda memperhatikan semakin langkanya truk bermoncong di jalanan Indonesia? Kendaraan komersial dengan desain unik ini dulunya cukup populer. Kini, pemandangan tersebut telah menjadi kenangan.
Truk-truk yang dijual di Indonesia saat ini umumnya berdesain ‘pesek’, tanpa kap mesin atau bonet. Perubahan ini disebabkan oleh perpindahan posisi mesin, dari depan ke bawah kabin.
Mengapa Truk Bermoncong Mulai Punah?
Hilangnya truk bermoncong bukanlah fenomena lokal. Tren global telah beralih ke desain tanpa bonet untuk kendaraan komersial.
Santiko Wardoyo, mantan COO PT Hino Motor Sales Indonesia (HMSI), menjelaskan bahwa desain truk bermoncong dianggap kurang efisien untuk kebutuhan komersial modern. Kecuali di Amerika Serikat, sebagian besar negara telah meninggalkan desain ini.
Alasan utamanya adalah efisiensi ruang angkut. Dengan menghilangkan bonet, produsen dapat memperpanjang bagian kargo belakang, meningkatkan kapasitas angkut sesuai permintaan pasar.
Keuntungan Bisnis Truk Tanpa Moncong
Dari perspektif bisnis, truk tanpa bonet lebih menguntungkan. Desain ini memungkinkan penambahan panjang kargo tanpa menambah panjang keseluruhan kendaraan.
Seno Wirdiyawantoro, General Manager Product Planning Division Hino Indonesia, menegaskan hal ini. Konsumen lebih menyukai truk dengan ruang muat lebih besar, meskipun artinya mesin harus dipindahkan ke bawah.
Truk, pada dasarnya, didesain untuk mengangkut barang. Oleh karena itu, memaksimalkan ruang kargo menjadi prioritas utama. Permintaan pasar pun menunjukkan tren yang sama, yaitu lebih menyukai truk tanpa moncong.
Aspek Keamanan dan Pertimbangan Desain
Meskipun desainnya berbeda, keamanan truk tanpa bonet tetap terjamin. Kecepatan operasional truk yang umumnya lebih rendah dibandingkan kendaraan penumpang mengurangi risiko kecelakaan.
Santiko Wardoyo menekankan hal ini. Meskipun tanpa bonet, keamanan truk tetap terjaga karena karakteristik operasionalnya yang berbeda dari mobil penumpang.
Perpindahan posisi mesin ke bawah kabin juga tidak mengurangi kemampuan manuver truk dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap stabilitas kendaraannya.
Kesimpulan
Pergeseran dari truk bermoncong ke desain tanpa bonet didorong oleh faktor efisiensi bisnis dan permintaan pasar. Desain baru ini memungkinkan peningkatan kapasitas angkut tanpa mengorbankan keamanan. Tren ini tampaknya akan terus berlanjut di masa mendatang, menjadikan truk bermoncong sebagai bagian dari sejarah industri otomotif Indonesia.
Ke depan, inovasi teknologi pada truk diprediksi akan semakin fokus pada efisiensi bahan bakar, teknologi pengemudi otomatis, dan sistem keselamatan yang lebih canggih, terlepas dari desain eksteriornya.