Pasar saham Asia Pasifik menunjukan kinerja yang beragam pada perdagangan Kamis, 19 Juni 2025. Keputusan The Federal Reserve (The Fed) untuk mempertahankan suku bunga acuan menjadi pertimbangan utama investor. Namun, konflik antara Israel dan Iran juga turut mempengaruhi sentimen pasar.
Situasi geopolitik yang tidak menentu ini menciptakan ketidakpastian di kalangan investor, sehingga menyebabkan fluktuasi harga saham di berbagai bursa. Perkembangan terbaru terkait konflik tersebut akan terus dipantau, dan berpotensi memicu pergerakan harga saham selanjutnya.
Bursa Saham Asia Pasifik Beragam: Antara The Fed dan Konflik Israel-Iran
Indeks Nikkei 225 di Jepang mengalami penurunan sebesar 0,27%, sementara indeks Topix merosot 0,12% pada pembukaan perdagangan. Sebaliknya, indeks Kospi di Korea Selatan menunjukan kenaikan sebesar 0,76%, dan indeks Kosdaq bertambah 0,37%. Indeks ASX di Australia relatif stabil.
Kontrak berjangka untuk indeks Hang Seng menunjukkan potensi pembukaan yang lebih lemah dibandingkan penutupan sebelumnya. Investor juga menantikan keputusan bank sentral Taiwan dan Filipina yang akan diumumkan kemudian. Keputusan The Fed yang mempertahankan suku bunga pada level 4,25%-4,5% juga turut mempengaruhi pasar.
Dampak Keputusan The Fed dan Pernyataan Presiden Trump
The Federal Reserve mempertahankan suku bunga acuan pada level yang sama sejak Desember. Ketua The Fed, Jerome Powell, mengindikasikan bahwa komite akan menunggu dampak tarif Presiden Trump terhadap inflasi sebelum mempertimbangkan penyesuaian kebijakan moneter. Meskipun demikian, The Fed masih memproyeksikan dua kali penurunan suku bunga pada akhir tahun.
Presiden Trump, dalam langkah yang tidak terduga, kembali mengumpulkan penasihat keamanan nasional di Gedung Putih. Hal ini memicu spekulasi mengenai potensi intervensi militer AS terhadap Iran terkait konflik dengan Israel. Pernyataan-pernyataan Presiden Trump senantiasa mewarnai sentimen pasar.
Pergerakan Indeks Saham di Asia dan Amerika Serikat
Wall Street juga menunjukan kinerja yang beragam. Dow Jones Industrial Average turun 0,10%, S&P 500 melemah 0,03%, sementara Nasdaq Composite naik tipis 0,13%. Pergerakan indeks-indeks utama ini mencerminkan sentimen global yang masih bergejolak.
Data ekonomi Jepang yang dirilis sebelumnya menunjukkan penurunan ekspor sebesar 1,7% secara tahunan. Angka ini lebih rendah dari perkiraan sebelumnya dan dapat memberikan sinyal perlambatan ekonomi Jepang. Hal ini juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi pergerakan bursa saham Asia.
Penutupan Bursa Saham Asia Pasifik pada 18 Juni 2025
Pasar saham Asia Pasifik pada Rabu, 18 Juni 2025, juga menunjukkan pergerakan yang bervariasi. Meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran memberikan tekanan pada sentimen investor.
Presiden Trump mengeluarkan pernyataan di Truth Social yang menuntut penyerahan tanpa syarat dari Iran. Pernyataan ini memicu spekulasi mengenai potensi keterlibatan AS yang lebih besar dalam konflik tersebut. Analis ANZ menyatakan komentar Presiden Trump telah memicu spekulasi tersebut.
Indeks Nikkei 225 di Jepang naik 0,9%, indeks Topix bertambah 0,77%, dan indeks Kospi di Korea Selatan menguat 0,74%. Indeks Kosdaq naik 0,53%. Namun, indeks S&P/ASX 200 Australia turun 0,12%, indeks Hang Seng Hong Kong turun 1,12%, sementara CSI 300 Tiongkok daratan naik 0,12%.
Penutupan IHSG pada 18 Juni 2025
Di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada level 7.107,78, mengalami penurunan sebesar 0,67%. Indeks LQ45 juga turun 0,89%. Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga acuan di 5,5% tidak mampu mencegah penurunan IHSG.
Sebanyak 361 saham melemah, sementara 228 saham menguat dan 212 saham stagnan. Nilai transaksi mencapai Rp 11,5 triliun. Mayoritas sektor saham memerah, kecuali sektor industri dan properti yang menunjukan kenaikan. Sektor consumer siklikal menunjukan penurunan terbesar.
Pasar saham global saat ini masih dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kebijakan moneter, geopolitik, dan data ekonomi. Penting bagi investor untuk selalu memantau perkembangan terkini dan mempertimbangkan strategi investasi yang sesuai dengan kondisi pasar. Ketidakpastian yang tinggi mengharuskan pendekatan yang lebih hati-hati dalam berinvestasi.
