Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 kembali dipangkas. Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menurunkan ramalannya dari 4,9 persen menjadi 4,7 persen. Kondisi ini menunjukkan tekanan yang semakin besar terhadap perekonomian nasional.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengakui situasi ekonomi global yang kurang menguntungkan. Ia menekankan bahwa tantangan ini bukan hanya dialami Indonesia saja, melainkan juga negara-negara lain di dunia.
Penurunan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
OECD memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,7 persen. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah perang tarif akibat kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Menko Airlangga menjelaskan dampaknya terhadap perekonomian dunia secara keseluruhan. Beberapa negara diperkirakan akan mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,5 hingga 0,7 persen.
Langkah Pemerintah Menghadapi Tekanan Ekonomi
Pemerintah Indonesia berupaya menjaga daya beli masyarakat di tengah tekanan ekonomi global. Salah satu strateginya adalah dengan menggelontorkan lima paket stimulus ekonomi.
Total anggaran stimulus ekonomi mencapai Rp 24,44 triliun. Dana ini diharapkan mampu menopang industri padat karya yang terdampak penurunan ekspor ke Amerika Serikat.
Lima paket stimulus tersebut terdiri dari berbagai kebijakan. Kebijakan ini bertujuan untuk meringankan beban masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.
Rincian Paket Stimulus Ekonomi
Rincian dari kelima paket stimulus tersebut belum dipublikasikan secara detail. Namun, pemerintah berkomitmen untuk terus memantau dan mengevaluasi dampak dari kebijakan-kebijakan tersebut.
Upaya Negara Lain dan Stimulus di Indonesia
Indonesia bukan satu-satunya negara yang menghadapi tantangan ekonomi global. Banyak negara lain juga telah menerapkan kebijakan stimulus ekonomi.
Airlangga mengamati berbagai negara di OECD juga mengeluarkan paket stimulus. Tujuannya serupa, yaitu menjaga daya beli masyarakat masing-masing negara.
Pemerintah Indonesia mengalokasikan Rp 24,44 triliun untuk stimulus ekonomi Juni-Juli 2025. Sumber dananya terdiri dari APBN (Rp 23,59 triliun) dan non-APBN (Rp 0,85 triliun).
Stimulus Sektor Transportasi
Salah satu fokus stimulus ekonomi adalah sektor transportasi. Pemerintah memberikan diskon tiket untuk kereta api, kapal laut, dan pesawat terbang.
Anggaran diskon transportasi mencapai Rp 940 miliar. Diskon ini diharapkan dapat mendorong sektor pariwisata domestik, khususnya selama liburan sekolah.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan tujuan dari diskon tiket transportasi. Ia berharap kebijakan ini akan meningkatkan aktivitas ekonomi dalam negeri melalui peningkatan perjalanan wisata domestik.
Secara keseluruhan, penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi tantangan yang serius. Namun, upaya pemerintah melalui berbagai paket stimulus ekonomi diharapkan dapat meredam dampak negatif dan menjaga stabilitas perekonomian nasional. Keberhasilan strategi ini akan bergantung pada efektivitas implementasi dan kondisi ekonomi global yang lebih baik di masa mendatang.