Influencer finansial Felicia Putri Tjisaka tengah menjadi sorotan publik. Hal ini bermula dari tawarannya untuk membantu para pemberi pinjaman (lender) di platform Akseleran yang mengalami gagal bayar.
Melalui akun TikTok pribadinya, Felicia menyampaikan permohonan maaf kepada para pengikutnya yang mungkin terpengaruh kontennya dan berinvestasi di Akseleran. Ia menyatakan kesediaannya untuk membantu, meskipun menegaskan hal tersebut bukan tanggung jawabnya.
Felicia Tjisaka dan Kasus Gagal Bayar Akseleran
Felicia menawarkan bantuan berupa koordinasi dan _follow up_ bagi lender Akseleran yang mengalami masalah. Ia menekankan pentingnya tanggung jawab individu dalam setiap keputusan investasi.
Ajakan Felicia untuk bertanggung jawab atas pilihan investasi merupakan pesan penting bagi para investor. Keterlibatan influencer dalam dunia investasi menuntut transparansi dan kehati-hatian.
Tingkat Gagal Bayar Akseleran yang Mengkhawatirkan
Akseleran saat ini menghadapi kritik atas tingginya angka gagal bayar. Data resmi menunjukkan Tingkat Keberhasilan Bayar 90 hari (TKB90) hanya mencapai 45,11 persen per 21 Juni 2025.
Artinya, lebih dari separuh peminjam (54,89 persen) gagal melunasi pinjaman dalam waktu 90 hari. Angka TKB60 pun lebih rendah lagi, yaitu 32,54 persen.
TKB90 merupakan indikator penting kesehatan platform _peer-to-peer lending_. Semakin tinggi angka tersebut, semakin baik kinerja platform. Angka rendah TKB90 Akseleran mengindikasikan masalah serius.
Tanggapan OJK dan Dugaan Penyebab Gagal Bayar
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah merespon situasi ini. Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Jasa Keuangan Nonbank OJK, Agusman, menyatakan bahwa Akseleran didorong untuk memenuhi hak para lender.
OJK menekankan pentingnya upaya Akseleran untuk memastikan terpenuhinya hak para pemberi dana dan keberlanjutan usaha. Pihak berwenang terus memantau perkembangan situasi.
Dugaan sementara penyebab gagal bayar Akseleran adalah kesalahan dalam pengelolaan dana internal. Investigasi lebih lanjut diperlukan untuk mengungkap detail permasalahan ini.
Kejadian ini menjadi peringatan bagi investor untuk selalu melakukan _due diligence_ sebelum berinvestasi, termasuk memahami risiko yang ada pada platform _peer-to-peer lending_.
Peran influencer juga perlu dipertimbangkan. Meskipun tidak bertanggung jawab secara langsung atas kerugian investor, influencer memiliki peran penting dalam memberikan informasi yang akurat dan bertanggung jawab.
Transparansi dan edukasi keuangan yang komprehensif sangat penting untuk melindungi investor dari risiko investasi yang tinggi. Kejadian ini diharapkan menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak yang terlibat dalam ekosistem fintech.
Pentingnya literasi keuangan dan kehati-hatian dalam berinvestasi semakin ditekankan dalam kasus ini. Semoga permasalahan ini dapat segera terselesaikan dan menjadi momentum perbaikan di sektor fintech Indonesia.