Shalat Idul Adha 1446 H di Lapangan Garung, Wonosobo, Jawa Tengah, pada Jumat, 6 Juni 2025, menyita perhatian banyak orang. Lapangan yang mengusung branding “Tempat Shalat Ied dengan View Termegah di Dunia” ini dipadati jamaah melebihi kapasitas.
Pengalaman pribadi penulis yang mengikuti shalat Id di lokasi tersebut, dari perjalanan hingga suasana khidmat namun padat, akan diulas dalam artikel ini. Informasi mengenai antisipasi pihak berwenang terkait lonjakan pengunjung juga akan dibahas.
Lautan Manusia Menuju Lapangan Garung
Perjalanan dari Embung Kledung, Temanggung, menuju Lapangan Garung hanya memakan waktu sekitar 10 menit. Namun, sejak pukul 04.30 WIB, jalanan sudah dipadati jamaah yang hendak melaksanakan shalat Id.
Kemacetan membuat penulis harus memarkir kendaraan jauh dari lapangan dan berjalan kaki sekitar 15 menit. Suasana ramai dan meriah sudah terasa sejak di perjalanan.
Ribuan jamaah terlihat berjalan kaki menuju lokasi. Suasana ini menggambarkan antusiasme masyarakat yang sangat tinggi untuk melaksanakan shalat Id di Lapangan Garung.
Kapasitas Terlampaui, Ribuan Jamaah Tak Tertampung
Meskipun datang cukup pagi, akses masuk ke Lapangan Garung sudah sangat terbatas. Lapangan yang hanya berkapasitas 5.000 orang, ternyata dipadati oleh sekitar 27.000 jamaah.
Banyak jamaah yang akhirnya tidak mendapatkan tempat di dalam lapangan. Sunwiguna, panitia Shalat Idul Adha Dusun Garung, menyampaikan permohonan maaf atas kendala ini.
Penulis sendiri berhasil masuk ke lapangan berkat izin panitia untuk keperluan peliputan. Kondisi ini menunjukkan tingginya minat masyarakat untuk beribadah di lokasi tersebut.
Antisipasi Pemerintah untuk Ke Depan
Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, mengakui kapasitas Lapangan Garung tidak memadai. Beliau menyatakan telah melihat banyak jamaah yang melaksanakan shalat di luar lapangan, bahkan di kebun tembakau.
Pemerintah Kabupaten Wonosobo berencana untuk memperluas Lapangan Garung agar dapat menampung lebih banyak jamaah pada tahun-tahun mendatang. Ini merupakan langkah penting untuk mengakomodasi animo masyarakat.
Selain perluasan lapangan, Bupati Afif juga mengusulkan penyelenggaraan festival balon udara sehari sebelum Shalat Idul Adha. Hal ini diharapkan dapat menjadi daya tarik wisata sekaligus mengurangi kepadatan di lapangan.
Festival balon udara dapat menjadi alternatif atraksi wisata yang menarik dan mengurangi tekanan pada kapasitas lapangan shalat. Inisiatif ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk meningkatkan fasilitas dan kenyamanan ibadah.
Insiden kepadatan jamaah di Lapangan Garung ini menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah daerah dalam merencanakan dan mengelola acara keagamaan berskala besar di masa mendatang. Perencanaan yang matang dan antisipasi yang tepat sangat krusial untuk memastikan kenyamanan dan kelancaran pelaksanaan ibadah.
Meskipun terjadi kendala terkait kapasitas, Shalat Idul Adha di Lapangan Garung tetap berlangsung khidmat. Antusiasme masyarakat dan keindahan alam sekitar menjadi bagian tak terlupakan dari pengalaman beribadah di tempat yang unik ini. Semoga di tahun mendatang, semua jamaah dapat melaksanakan shalat dengan nyaman dan terakomodasi dengan baik.