Armada mobil listrik China membanjiri pasar Brasil, memicu kekhawatiran di kalangan produsen otomotif lokal dan serikat pekerja. Kedatangan kapal pengangkut mobil terbesar di dunia yang baru-baru ini berlabuh di Itajai, Brasil, membawa ribuan mobil listrik China, menambah jumlah impor yang signifikan.
Sejak awal 2025, Brasil telah mengimpor sekitar 22.000 kendaraan dari China, dan angka tersebut diproyeksikan mencapai 200.000 unit pada akhir tahun ini. Ini mewakili sekitar 8% dari total mobil ringan yang terdaftar di negara tersebut, memicu reaksi keras dari industri dalam negeri.
Ancaman bagi Industri Otomotif Lokal Brasil
Industri otomotif Brasil, yang meliputi produsen mobil dan serikat pekerja, menyatakan keprihatinan serius terhadap lonjakan impor mobil listrik murah dari China. Mereka khawatir hal ini akan mengganggu produksi domestik dan mengancam lapangan kerja.
Para pelaku industri mendesak pemerintah untuk segera menaikkan tarif impor kendaraan listrik dari 10% menjadi 35%. Mereka berpendapat, langkah ini krusial untuk melindungi industri dalam negeri dari persaingan yang tidak seimbang.
Aroaldo da Silva, seorang pekerja produksi Mercedes-Benz dan presiden IndustriALL Brasil, bahkan menyebut Brasil sebagai negara yang belum menutup pintu bagi impor mobil China, sementara negara lain sudah mulai melakukannya.
Investasi Minim dan Kekhawatiran Terhadap Tenaga Kerja
Kritik terhadap masuknya mobil listrik China juga menyoroti minimnya investasi dari investor China dalam pengembangan rantai pasokan atau pabrik komponen lokal.
Mereka cenderung fokus pada ekspor saja, sehingga tidak memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian Brasil di luar sektor penjualan.
Meskipun mobil listrik murah disambut baik karena dapat mempercepat transisi ke kendaraan ramah lingkungan, dampaknya terhadap industri lokal tetap menjadi perhatian utama.
Jika impor EV terus mendominasi tanpa diimbangi dengan perkembangan produksi lokal yang pesat, ancaman terhadap lapangan kerja di Brasil akan semakin nyata.
Penundaan Produksi Lokal dan Respon Pemerintah
BYD, salah satu produsen mobil listrik China, berencana memulai produksi lokal di pabrik bekas Ford di Bahia. Namun, investigasi pelanggaran hak tenaga kerja telah menunda proyek ini hingga akhir 2026.
Produsen mobil listrik China lainnya, seperti GWM, juga mengalami penundaan serupa dalam rencana produksi lokal mereka di Brasil.
Pemerintah Brasil, melalui Kementerian Pembangunan, Industri & Perdagangan Luar Negeri, menyatakan sedang meninjau permintaan dari ANFAVEA (asosiasi mobil Brasil) dan pihak lain untuk menaikkan tarif impor.
Pemerintah menyatakan akan menerapkan kenaikan tarif secara bertahap, sekaligus mempertimbangkan perkembangan manufaktur di negara tersebut. Namun, komitmen terhadap investasi lokal dan pengembangan rantai pasokan tetap menjadi pertanyaan.
Presiden ANFAVEA, Igor Calvet, menyatakan dukungan terhadap masuknya merek baru ke Brasil, asalkan dibarengi dengan komitmen produksi lokal, pengembangan sektor komponen, penciptaan lapangan kerja, dan transfer teknologi.
Namun, ia juga mengungkapkan kekhawatiran terhadap potensi penurunan investasi dalam produksi lokal akibat dominasi impor.
Da Silva dari IndustriALL menambahkan bahwa hingga saat ini belum ada informasi terkait pengembangan pemasok lokal atau penandatanganan kontrak untuk pabrik BYD, yang seharusnya sudah ada 18 bulan sebelum dimulainya produksi. Ia mempertanyakan nilai tambah sebenarnya jika komponen, pengembangan, dan teknologi semuanya masih berasal dari luar negeri.
Kesimpulannya, masuknya mobil listrik China ke Brasil menghadirkan dilema. Di satu sisi, harga yang terjangkau dapat mendorong adopsi kendaraan ramah lingkungan. Namun, di sisi lain, ancaman terhadap industri otomotif lokal dan lapangan kerja menuntut perhatian serius dari pemerintah dan pelaku industri dalam negeri. Strategi yang tepat diperlukan untuk menyeimbangkan upaya transisi energi bersih dengan perlindungan industri dan tenaga kerja lokal.