Gunung Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa, kembali menunjukkan aktivitas vulkaniknya. Pada Selasa pagi, 10 Juni 2025, gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang ini erupsi dengan letusan cukup signifikan. Kejadian ini menjadi perhatian mengingat sejarah erupsi Semeru yang seringkali berdampak luas. Penting untuk memahami detail peristiwa ini dan langkah-langkah antisipasi yang diperlukan.
Erupsi Gunung Semeru: Letusan 1000 Meter dan Aktivitas Vulkanik Terkini
Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Mukdas Sofian, melaporkan erupsi terjadi pukul 05.47 WIB. Kolom abu vulkanik teramati mencapai ketinggian sekitar 1.000 meter di atas puncak, atau setinggi 4.676 meter di atas permukaan laut.
Abu berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal terlihat mengarah ke barat daya. Erupsi terekam seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 191 detik.
Sejak awal tahun hingga tanggal laporan, tercatat 1.799 kali letusan Gunung Semeru. Aktivitas vulkanik gunung ini didominasi oleh gempa letusan setiap harinya. Ini menunjukkan tingginya intensitas aktivitas di dalam gunung.
Status Waspada dan Rekomendasi PVMBG
Status Gunung Semeru saat ini masih berada pada level Waspada. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengeluarkan beberapa rekomendasi penting untuk keselamatan masyarakat.
Aktivitas masyarakat dilarang di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan sejauh 8 kilometer dari puncak. Hal ini untuk menghindari dampak langsung dari erupsi.
Di luar radius tersebut, masyarakat juga diminta menjauhi sempadan sungai sepanjang Besuk Kobokan hingga jarak 500 meter. Potensi perluasan awan panas dan aliran lahar hingga 13 kilometer dari puncak perlu diwaspadai.
Radius tiga kilometer dari kawah/puncak Gunung Semeru juga merupakan zona bahaya. Ancaman lontaran batu pijar menjadi risiko utama di area ini.
Mitigasi Bencana dan Kesiapsiagaan Masyarakat
Masyarakat di sekitar Gunung Semeru harus selalu waspada terhadap potensi bahaya. Awan panas, guguran lava, dan lahar hujan merupakan ancaman yang perlu diantisipasi.
Sungai-sungai yang berhulu di puncak Semeru, terutama Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, berpotensi dilalui aliran lahar. Sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai Besuk Kobokan juga perlu diwaspadai.
Pentingnya kesiapsiagaan masyarakat di sekitar Gunung Semeru tidak dapat diabaikan. Pemantauan aktivitas gunung api secara berkala dan mengikuti arahan dari PVMBG sangat krusial.
Pemerintah daerah juga berperan penting dalam memberikan edukasi dan menyediakan jalur evakuasi yang aman dan mudah diakses oleh masyarakat.
Persiapan mitigasi bencana yang komprehensif, termasuk penyediaan tempat pengungsian dan pelatihan kesiapsiagaan bencana, merupakan langkah penting untuk meminimalisir dampak erupsi Gunung Semeru.
Dengan pemahaman yang baik mengenai risiko dan langkah-langkah antisipasi, masyarakat dapat mengurangi dampak negatif dari aktivitas vulkanik Gunung Semeru dan menjaga keselamatan jiwa.
Aktivitas Gunung Semeru yang terus menerus perlu menjadi perhatian serius. Pemantauan dan koordinasi yang baik antara pemerintah, lembaga terkait, dan masyarakat sekitar sangat penting untuk meminimalisir risiko dan dampak erupsi di masa mendatang. Keberhasilan mitigasi bencana tidak hanya bergantung pada teknologi dan informasi, tetapi juga kesadaran dan kesiapan masyarakat untuk menghadapi potensi bahaya. Semoga informasi ini dapat meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan kita dalam menghadapi potensi bencana alam.
