Saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencuri perhatian pasar setelah mengalami rebound signifikan sebesar 5,83% dalam perdagangan terakhir. Kenaikan ini merupakan puncak dari tren positif selama tiga bulan terakhir, yang secara keseluruhan mencapai 42,91%. Kinerja mengesankan ini mencerminkan sentimen positif yang kuat dari investor terhadap saham komoditas nikel tersebut. Pertumbuhan ini patut dikaji lebih dalam untuk memahami faktor pendorong dan proyeksi ke depannya.
Analis pasar mengamati beberapa faktor yang berkontribusi pada lonjakan harga saham INCO. Prospek penjualan bijih nikel berkadar tinggi (BZ Nickel) menjadi salah satu faktor utama yang mendorong peningkatan harga.
Ekspektasi Penjualan BZ Nickel dan Persetujuan RKAB
Salah satu pendorong utama kenaikan harga saham INCO adalah ekspektasi penjualan BZ Nickel yang diproyeksikan mencapai 18 juta ton per tahun (MTPA) pada 2026. Angka ini cukup signifikan dan berpotensi meningkatkan pendapatan perusahaan secara drastis.
Namun, realisasi proyeksi tersebut masih bergantung pada persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Pengajuan RKAB untuk tahun 2026 sendiri baru akan dilakukan pada kuartal III tahun 2025, sekitar bulan September atau Oktober.
Andrian Alamsyah Saputra, Retail Research Analyst CGS International Sekuritas Indonesia, menyatakan bahwa meskipun potensi keuntungannya besar, realisasi target penjualan BZ Nickel masih belum pasti. Ia menyebutkan peluang keberhasilannya masih 50:50, tergantung pada persetujuan RKAB yang akan diajukan di akhir tahun.
Kinerja Keuangan Kuartal I 2025: Laba Bersih Melonjak, Namun Core Profit Lemah
Dari sisi kinerja keuangan, INCO mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang signifikan, mencapai 251,9% year-on-year pada kuartal pertama 2025. Laba bersih melonjak menjadi USD 21,8 juta, dibandingkan dengan USD 6,2 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Namun, lonjakan laba ini sebagian besar didorong oleh keuntungan pengakuan nilai wajar atas aset derivatif. Jika dilihat dari laba inti (core profit), kinerjanya kurang menggembirakan. Core profit INCO hanya mencapai USD 10 juta, jauh di bawah ekspektasi konsensus yang memperkirakan kontribusi sekitar 13% terhadap total estimasi laba tahun penuh 2025. Hal ini disebabkan oleh harga jual rata-rata (ESP) nikel matte yang lebih rendah dari proyeksi awal.
Andrian menekankan bahwa lonjakan laba kuartal I lebih bersifat teknikal, karena valuasi aset derivatif. Dari sisi operasional, kinerja inti perusahaan masih belum sesuai harapan.
Rekomendasi Hold dan Analisis Teknikal
Meskipun mengalami kenaikan harga yang signifikan, tim riset CGS International Sekuritas Indonesia merekomendasikan strategi *hold* terhadap saham INCO. Target harga yang ditetapkan adalah Rp3.500 per saham.
Rekomendasi ini mempertimbangkan ketidakpastian perizinan proyek nikel yang belum mendapatkan kepastian. Konsensus pasar, termasuk dari Bloomberg, tampaknya sudah memperhitungkan potensi penjualan BZ Nickel 18 juta ton pada 2026 dalam valuasi saat ini. Oleh karena itu, potensi kenaikan harga jangka pendek dinilai terbatas jika belum ada kepastian resmi terkait realisasi proyek tersebut.
Secara teknikal, saham INCO menunjukkan formasi *rounding bottom*, yang mengindikasikan potensi pembalikan tren menuju *bullish*. Namun, pola ini belum terkonfirmasi karena harga belum menembus level resistensi penting di Rp3.920. Indikator *stochastic* menunjukkan kondisi *oversold*, sehingga peluang *rebound* jangka pendek tetap terbuka. Area *support* terdekat berada di level Rp3.550 dan Rp3.470, sementara *resistance* berada di Rp3.710 dan Rp3.790. Secara keseluruhan, saham INCO tetap menarik untuk *trading* jangka pendek bagi investor yang berani mengambil risiko.
Perlu diingat, setiap keputusan investasi merupakan tanggung jawab individu. Penting untuk melakukan riset dan analisis mendalam sebelum mengambil keputusan jual beli saham.
Disclaimer: Informasi ini disajikan untuk tujuan edukasi dan bukan sebagai rekomendasi investasi. Setiap keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembaca.