Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif (SPPA) yang dikelola PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menorehkan prestasi gemilang. Dalam waktu tiga bulan sejak diluncurkan pada 10 Maret 2025, nilai transaksi Repurchase Agreement (Repo) telah melampaui angka Rp 100 triliun.
Sukses ini menandakan penerimaan positif dari pelaku pasar terhadap fitur transaksi Repo yang baru diperkenalkan. Keberhasilan SPPA ini juga berkontribusi pada penguatan ekosistem perdagangan surat utang Indonesia.
SPPA: Pusat Perdagangan Surat Utang yang Modern
Hingga 28 Mei 2025, total nilai transaksi Repo di SPPA telah mencapai Rp 100,85 triliun. Rata-rata transaksi hariannya tercatat sebesar Rp 2,86 triliun.
Fitur transaksi Repo merupakan bagian integral dari strategi BEI dalam mengembangkan SPPA sebagai pusat perdagangan surat utang di pasar sekunder Indonesia.
SPPA menawarkan platform alternatif yang lebih modern dan efisien untuk transaksi surat utang. Hal ini sejalan dengan upaya BEI dalam memperkuat ekosistem perdagangan surat utang yang lebih terintegrasi.
SPPA sebagai Sentral Ekosistem Pasar Surat Utang
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menjelaskan bahwa SPPA dirancang untuk memenuhi kebutuhan pelaku pasar dengan menekankan kemudahan, integrasi, dan efisiensi layanan.
BEI berkomitmen menjadikan SPPA sebagai pusat ekosistem transaksi surat utang di pasar sekunder Indonesia. Tujuannya adalah meningkatkan likuiditas dan efisiensi pasar.
SPPA direncanakan menjadi bagian penting dari infrastruktur pasar keuangan nasional. Ini mendukung sinergi pembiayaan ekonomi pemerintah.
Penyediaan layanan transaksi Repo dengan underlying Surat Utang sejak kuartal pertama 2025 merupakan langkah nyata. Langkah ini memperluas fungsi SPPA, tidak hanya sebagai tempat transaksi outright, tetapi juga platform serbaguna untuk berbagai jenis transaksi surat utang.
Partisipasi Luas Pelaku Pasar Mendukung Pertumbuhan SPPA
Sampai 28 Mei 2025, transaksi Repo di SPPA melibatkan 12 pengguna jasa yang memiliki akun Repo. Angka ini berasal dari total 39 pengguna jasa yang memiliki akun transaksi jual beli putus (outright).
Meskipun baru sebagian yang aktif dalam transaksi Repo, nilai transaksi yang tercapai menunjukkan potensi pertumbuhan yang signifikan. Partisipan di pasar Repo terdiri dari berbagai institusi, termasuk bank, bank pembangunan daerah, dan perusahaan sekuritas.
BEI fokus memperluas penggunaan SPPA sebagai platform utama untuk berbagai transaksi surat utang. Hal ini sejalan dengan visi BEI untuk menciptakan ekosistem pasar keuangan yang lebih inklusif dan efisien.
Selain pengembangan fitur dan layanan (ekspansi vertikal), BEI juga berupaya memperluas basis pengguna (ekspansi horizontal). Strategi ini diharapkan dapat mempercepat adopsi SPPA oleh pelaku pasar yang lebih luas dan beragam.
Teknologi modern di SPPA memastikan efisiensi dan akurasi transaksi. Metode perhitungan nilai penyelesaian (settlement) yang fleksibel dapat disesuaikan dengan kebutuhan pelaku pasar, menggunakan metode ICMA atau Bank Indonesia.
Sistem perdagangan dan pelaporan SPPA menerapkan konsep straight through processing (STP). Ini mengintegrasikan proses pasca transaksi dalam satu sistem, meningkatkan efisiensi dan mengurangi risiko kesalahan.
SPPA menjamin pembentukan harga pasar yang wajar, teratur, dan efisien. Dengan berbagai inovasi ini, BEI optimis SPPA akan menjadi pilihan utama pelaku pasar untuk transaksi Surat Utang dan Repo.
Ke depan, BEI akan terus berinovasi agar SPPA menjadi solusi transaksi yang terintegrasi, efektif, dan efisien. Keberhasilan SPPA dalam waktu singkat menunjukkan potensi besarnya dalam membentuk pasar keuangan Indonesia yang lebih dinamis dan modern.
