Penulisan ulang sejarah Indonesia untuk Buku Sejarah Nasional Indonesia (SNI) tengah menjadi sorotan. Proses ini, yang dipimpin oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon, telah menuai kontroversi, terutama setelah Profesor Harry Truman Simanjuntak, seorang arkeolog yang sebelumnya terlibat, mengungkap sejumlah kejanggalan dan memutuskan untuk mundur dari tim. Kejanggalan-kejanggalan ini menimbulkan kekhawatiran akan objektivitas dan kredibilitas proyek penulisan ulang sejarah nasional ini.
Target Penyelesaian yang Terlalu Ambisius
Salah satu kejanggalan utama yang diungkap Profesor Truman adalah tenggat waktu penyelesaian yang terlalu singkat. Rapat persiapan baru dimulai akhir November 2024, namun target penyelesaian ditetapkan pada Juni 2025.
Truman menekankan bahwa proses penulisan buku sejarah yang komprehensif biasanya membutuhkan waktu bertahun-tahun, bahkan hingga satu dekade. Pengalamannya dalam tim penulisan “Indonesia Dalam Arus Sejarah” (IDAS) yang memakan waktu sepuluh tahun menjadi bukti nyata. Ia mempertanyakan bagaimana SNI dapat diselesaikan dalam waktu yang amat singkat.
Konsepsi Penulisan yang Didominasi Arahan Penguasa
Kejanggalan kedua menyoroti proses penyusunan konsepsi penulisan ulang sejarah. Truman menyatakan bahwa konsepsi tersebut dirancang oleh editor umum atas arahan penguasa, tanpa melibatkan seminar atau diskusi mendalam dengan para sejarawan.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa penulisan sejarah lebih didorong oleh kepentingan politik daripada objektivitas akademis. Truman menyayangkan kurangnya diskusi dan seminar ilmiah sebagai langkah awal yang seharusnya dilakukan sebelum memulai penulisan sebuah buku sejarah nasional.
Outline Buku yang Tidak Disusun oleh Ahli
Kejanggalan ketiga terletak pada penyusunan *outline* atau kerangka buku, khususnya jilid prasejarah. Truman mengkritik penyerahan *outline* yang seharusnya disusun oleh ahli sejarah prasejarah kepada pihak yang bukan ahlinya.
Ia menganggap langkah ini sebagai sebuah kemunduran. Ia menekankan pentingnya ahli di bidangnya yang menyusun *outline* agar isi buku akurat dan berkualitas.
Perubahan Terminologi yang Kontroversial
Perubahan istilah “prasejarah” menjadi “sejarah awal” juga menuai kontroversi. Truman menjelaskan bahwa istilah “prasejarah” telah digunakan secara internasional selama lebih dari 200 tahun dan tidak perlu diubah.
Ia mempertanyakan alasan di balik perubahan terminologi tersebut dan menilai kurangnya penjelasan yang memuaskan. Ketidakjelasan ini menambah kecurigaan atas proses penulisan ulang sejarah ini.
Narasi Indonesia-Sentris yang Kurang Objektif
Kejanggalan terakhir adalah kecenderungan narasi Indonesia-sentris yang cenderung glorifikatif dan subjektif. Truman menekankan pentingnya objektivitas dan rasionalitas dalam penulisan sejarah.
Ia menentang pendekatan yang mengutamakan kepentingan politik daripada fakta sejarah. Penulisan sejarah yang baik, menurutnya, harus berbasis fakta dan objektif, bukan narasi yang dikonstruksi untuk kepentingan tertentu.
Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) berencana menerbitkan SNI dalam 10 jilid untuk menghapus bias kolonial dan memperkuat identitas nasional. Namun, kejanggalan-kejanggalan yang diungkap oleh Profesor Truman menunjukkan pentingnya melibatkan para ahli dan memastikan proses penulisan yang bebas dari intervensi politik untuk menghasilkan sejarah Indonesia yang akurat dan obyektif. Proses penulisan ulang sejarah seharusnya didasarkan pada penelitian yang teliti, objektivitas, dan perdebatan akademis yang sehat, bukan pada kepentingan politik sesaat. Semoga ke depannya, penulisan sejarah nasional dapat dilakukan dengan lebih transparan dan melibatkan para ahli secara lebih substansial.
