Bayangkan hamparan bambu menjulang tinggi, bukan sekadar tanaman biasa, melainkan karya seni alam yang menyimpan keindahan estetika dan kearifan lokal. Dari generasi ke generasi, bambu telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, terlihat dalam berbagai aspek, mulai dari kebutuhan sehari-hari hingga daya tarik destinasi wisata.
Di Nusa Tenggara Timur (NTT), potensi bambu tengah dieksplorasi pemerintah daerah untuk mendukung pembangunan destinasi wisata berkelanjutan. Hal ini menawarkan solusi inovatif untuk tantangan lingkungan dan ekonomi lokal.
Bambu: Solusi Ramah Lingkungan untuk Pariwisata NTT
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menghadapi tantangan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) demi mewujudkan pembangunan berkelanjutan di sektor pariwisata. Paul J. Andjelicus, Perencana Madya Spasial Disparekraf NTT dan anggota IAI Provinsi NTT, mengungkapkan solusi inovatif dalam tulisannya di ntt.prov.go.id.
Andjelicus menyoroti bambu sebagai material bangunan yang ramah lingkungan dan menjanjikan. Pertumbuhannya yang cepat, kekuatannya, estetika yang menarik, serta kemampuan menyerap CO2 menjadikannya pilihan ideal.
Keunggulan Bambu sebagai Material Bangunan
Dibandingkan material lain, bambu menawarkan sejumlah keunggulan. Pertumbuhannya yang cepat membuatnya menjadi sumber daya yang berkelanjutan.
Bambu juga tahan terhadap gempa, mudah digunakan dan diperbaiki, serta lebih ekonomis. Keunggulan ini membuatnya sangat cocok untuk pembangunan di daerah rawan bencana seperti NTT.
Ketersediaan bambu di NTT pun melimpah, terutama di Pulau Flores dan Sumba. Potensi ini dapat dioptimalkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
Pengembangan Destinasi Wisata Berkelanjutan Berbasis Bambu di NTT
Kampus Desa Bambu Agroforestry di Ngada dan Kampus Bambu Komodo di Manggarai Barat menjadi contoh nyata pemanfaatan bambu untuk pembangunan berkelanjutan. Kedua kampus ini menunjukkan potensi bambu sebagai material konstruksi yang inovatif.
Beberapa hotel, restoran, dan fasilitas wisata di NTT telah menerapkan penggunaan bambu sebagai material utama. Hal ini membuktikan daya tarik estetika dan keunikan bambu dalam mempercantik bangunan.
NTT memiliki peluang besar untuk menarik investor dengan konsep pariwisata ramah lingkungan berbasis bambu. Potensi ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan.
Dengan sumber daya bambu yang melimpah dan komitmen pemerintah, NTT dapat mewujudkan destinasi wisata berkelanjutan. Hal ini akan berdampak positif pada pengurangan emisi GRK, peningkatan ekonomi lokal, dan mempercantik destinasi wisata.
Inovasi ini tidak hanya berfokus pada aspek estetika, tetapi juga pada upaya pelestarian lingkungan dan pengembangan ekonomi masyarakat lokal. Pemanfaatan bambu secara maksimal dapat menjadi contoh sukses pembangunan berkelanjutan di sektor pariwisata Indonesia.
Melalui pendekatan yang berkelanjutan dan inovatif ini, NTT dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam mengembangkan pariwisata yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, menciptakan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian alam.
Penulis: Dian Mayang Sari
Sumber: nttprov.go.id
