Migrasi penjual dari Tokopedia ke platform terintegrasi Tokopedia dan TikTok Shop masih berlangsung. Proses ini merupakan bagian dari transisi kepemilikan Tokopedia oleh ByteDance, yang telah tuntas pada Juni 2025. Meskipun mayoritas penjual telah bermigrasi, masih ada sejumlah penjual yang belum berpindah platform.
Adanya beberapa kesalahpahaman atau mitos seputar proses migrasi ini menjadi salah satu penyebab lambatnya perpindahan penjual. Kepala Komunikasi Tokopedia dan TikTok E-commerce, Aditya Grasio Nelwan, menjelaskan beberapa mitos tersebut dan memberikan klarifikasi.
Mitos dan Fakta Migrasi Penjual Tokopedia ke TikTok Shop
Aditya Grasio Nelwan, dalam wawancara baru-baru ini, mengungkapkan bahwa masih banyak penjual Tokopedia yang enggan bermigrasi karena percaya pada beberapa mitos yang beredar. Beberapa mitos ini menghalangi proses transisi yang seharusnya berjalan lancar.
Ia menjelaskan bahwa kendala teknis juga turut berperan dalam memperlambat proses migrasi. Kesulitan teknis ini mungkin menjadi faktor penyebab bagi beberapa penjual yang belum berhasil berpindah platform.
Mitos 1: Kewajiban Memiliki Toko di Dua Platform
Salah satu mitos yang paling umum adalah anggapan bahwa penjual wajib memiliki toko di kedua platform, Tokopedia dan TikTok Shop. Hal ini dibantah tegas oleh Aditya.
Penjual diberikan kebebasan penuh untuk memilih platform mana yang ingin mereka gunakan. Mereka dapat memilih untuk tetap di Tokopedia, beralih ke TikTok Shop, atau bahkan menggunakan kedua platform secara bersamaan. Keputusan ini sepenuhnya bergantung pada strategi bisnis masing-masing penjual.
Mitos 2: Kewajiban Membuat Konten Video di TikTok
Mitos berikutnya adalah anggapan bahwa semua penjual wajib membuat konten video di TikTok. Aditya menjelaskan bahwa ini juga tidak benar.
Para penjual tidak diwajibkan untuk membuat konten video. Mereka dapat memilih metode promosi lain, seperti berkolaborasi dengan afiliasi, jika dirasa lebih efektif. Pembuatan konten video hanyalah sebuah pilihan, bukan keharusan.
Strategi Pemasaran yang Fleksibel
Tokopedia dan TikTok Shop memberikan fleksibilitas kepada penjual dalam menentukan strategi pemasaran mereka. Penjual bebas memilih cara terbaik untuk mempromosikan produk mereka, baik melalui konten video, kerja sama dengan afiliasi, atau metode lain yang dirasa efektif.
Mitos 3: Kewajiban Mengaktifkan Cash on Delivery (COD)
Mitos terakhir yang dibantah adalah kewajiban mengaktifkan metode pembayaran COD di TikTok Shop. Aditya menegaskan bahwa layanan COD bersifat opsional.
Penjual dapat memilih untuk mengaktifkan atau menonaktifkan layanan COD sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka. Tidak ada paksaan untuk mengaktifkan COD dalam proses migrasi ini.
Kesimpulannya, proses migrasi penjual dari Tokopedia ke platform terintegrasi dengan TikTok Shop masih berlangsung dan beberapa kesalahpahaman telah menghambat proses tersebut. Klarifikasi dari pihak Tokopedia diharapkan dapat membantu penjual untuk memahami proses migrasi dan mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan strategi bisnis masing-masing. Kebebasan dan fleksibilitas yang diberikan kepada para penjual diharapkan dapat memperlancar transisi ini dan menciptakan ekosistem bisnis yang lebih optimal.