Migrasi dari Tokopedia ke TikTok Shop tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan pedagang online. Banyaknya kekhawatiran dan kesalahpahaman seputar proses ini mendorong Kepala Komunikasi Tokopedia dan TikTok E-commerce, Aditya Grasio Nelwan, untuk meluruskan beberapa mitos yang beredar.
Dalam wawancara di Jakarta, 12 Juni 2025, Aditya menjelaskan bahwa proses migrasi ini semestinya berjalan lancar dan tidak perlu menimbulkan kecemasan berlebihan bagi para penjual.
Mitos 1: Wajib Memiliki Toko di Tokopedia dan TikTok Shop
Salah satu mitos yang paling umum adalah anggapan bahwa para penjual diwajibkan memiliki toko di kedua platform, Tokopedia dan TikTok Shop.
Aditya menegaskan hal tersebut tidak benar. Para penjual bebas memilih platform mana yang ingin mereka gunakan, baik hanya Tokopedia, TikTok Shop, atau bahkan keduanya. Keputusan tersebut sepenuhnya bergantung pada strategi dan target pasar masing-masing penjual.
Mitos 2: Kewajiban Membuat Konten Video di TikTok Shop
Mitos berikutnya menyangkut kewajiban pembuatan konten video di TikTok Shop.
Aditya menekankan bahwa pembuatan konten video bukanlah keharusan. Penjual dapat memilih untuk fokus pada strategi penjualan lainnya jika dirasa lebih efektif. Namun, bagi penjual yang ingin memanfaatkan fitur video, tentu saja hal tersebut diperbolehkan.
Mitos 3: Kewajiban Mengaktifkan Layanan Cash On Delivery (COD)
Mitos ketiga yang beredar adalah mengenai kewajiban mengaktifkan layanan Cash On Delivery (COD) bagi penjual yang bermigrasi ke TikTok Shop.
Aditya menjelaskan bahwa mengaktifkan COD sepenuhnya merupakan pilihan penjual. Layanan COD dapat diaktifkan atau dinonaktifkan sesuai kebutuhan melalui seller center terbaru.
Pengalaman Penjual dan Tantangan Adaptasi
Meskipun pihak Tokopedia dan TikTok Shop telah berupaya memberikan penjelasan, masih banyak pedagang yang mengeluhkan kesulitan beradaptasi dengan sistem baru yang terintegrasi. Keluhan ini banyak diutarakan di berbagai platform, seperti kolom ulasan aplikasi dan media sosial.
Salah satu keluhan yang umum adalah sistem yang dianggap rumit dan kurang fleksibel, misalnya terkait penentuan kurir pengiriman.
- Sistem yang terintegrasi antara Tokopedia dan TikTok Shop dianggap menyulitkan beberapa penjual dalam mengelola toko online mereka.
- Beberapa penjual merasa kesulitan beradaptasi dengan fitur-fitur baru dan proses yang lebih kompleks.
- Kurangnya fleksibilitas dalam hal pemilihan kurir juga menjadi salah satu sumber masalah bagi para penjual.
Respon Pihak Tokopedia dan TikTok Shop
Pihak Tokopedia dan TikTok Shop terus berupaya untuk mengatasi kendala yang dihadapi para penjual. Mereka berkomitmen untuk terus melakukan perbaikan dan penyempurnaan sistem agar lebih mudah digunakan.
Komunikasi yang lebih transparan dan responsif terhadap keluhan penjual sangat diperlukan agar proses migrasi dapat berjalan dengan lancar dan minim kendala.
Secara keseluruhan, klarifikasi dari Aditya Grasio Nelwan telah berhasil membantah beberapa mitos yang beredar seputar migrasi dari Tokopedia ke TikTok Shop. Namun, perhatian dan respon yang lebih baik terhadap keluhan dan kendala yang dihadapi para penjual tetap dibutuhkan untuk memastikan kesuksesan migrasi ini dan tercapainya keseimbangan antara inovasi dan kemudahan penggunaan bagi para pelaku UMKM.
Ke depannya, fokus pada edukasi dan pendampingan bagi para penjual akan sangat krusial dalam memastikan transisi yang mulus dan sukses. Hal ini akan menciptakan ekosistem yang saling menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat.