Banyak perempuan mengalami pengalaman yang menyakitkan: diperlakukan dengan sangat baik oleh seorang pria, baik teman kencan maupun gebetan, hanya untuk kemudian ditinggalkan tanpa kabar – fenomena yang dikenal sebagai *ghosting*. Perlakuan manis tersebut membuat mereka lengah dan tak menyangka akan ditinggalkan begitu saja. Mengapa pria bersikap demikian? Pertanyaan ini menimbulkan banyak keheranan dan pertanyaan.
Penjelasan yang diberikan oleh para ahli hubungan menunjukkan adanya beberapa faktor pendorong di balik perilaku ini. Bukan sekadar sikap pengecut, tetapi adanya kompleksitas emosional dan kurangnya keterampilan komunikasi yang mendasari tindakan tersebut.
Ketakutan Menghadapi Konflik dan Menolak
Pelatih seks dan hubungan, Lucy Rowett, menjelaskan bahwa akar permasalahan seringkali terletak pada ketidakmampuan menghadapi konflik dan rasa takut untuk menyakiti perasaan orang lain.
Banyak pria, kata Rowett, belum terlatih untuk menolak dengan cara yang baik. Akibatnya, mereka menghindari konfrontasi dan memilih menghilang.
Ketakutan untuk menjadi “orang jahat” dalam hubungan juga berperan. Mereka memilih menghilang daripada menghadapi perpisahan yang mungkin menyakitkan.
Penyangkalan dan Sabotase Hubungan
Sikap manis sebelum *ghosting* bukanlah tanda cinta sejati, melainkan bentuk penyangkalan terhadap konflik yang akan datang.
Pria, dan juga perempuan, terkadang secara tidak sadar menyabotase hubungan agar pasangan yang mengakhiri hubungan tersebut.
Kurangnya keterampilan komunikasi yang memadai juga menjadi faktor penting dalam hal ini. Banyak individu belum belajar bagaimana mengutarakan perasaan atau kebutuhan mereka dengan efektif dalam hubungan romantis.
Harapan Palsu dan Kemampuan Relasional
Secara sosial, pria seringkali tidak dibekali kemampuan relasional yang sama dengan perempuan. Ini juga berdampak pada cara mereka menghadapi hubungan.
Faktor lain yang berperan adalah harapan palsu yang ditanamkan pria terhadap dirinya sendiri.
Mereka mungkin berharap bahwa dengan bersikap sangat baik, perasaan pasangan akan berubah dan hubungan bisa terus berlanjut. Namun, ketika harapan tersebut tak terwujud, mereka memilih menghilang.
Perilaku *ghosting* ini, pada akhirnya, menunjukkan adanya celah dalam kemampuan komunikasi dan manajemen hubungan yang perlu mendapatkan perhatian. Baik pria maupun wanita perlu belajar bagaimana berkomunikasi secara efektif dan jujur dalam hubungan, agar dapat menyelesaikan konflik dengan cara yang lebih sehat dan bertanggung jawab.
Memahami akar permasalahan perilaku *ghosting* ini penting, tidak hanya bagi mereka yang mengalaminya, tetapi juga untuk menciptakan hubungan yang lebih sehat dan berkelanjutan di masa depan.