Lucy Guo, seorang pendiri perusahaan teknologi berusia 30 tahun, telah menciptakan sejarah. Ia resmi dinobatkan sebagai perempuan termuda yang membangun kekayaannya sendiri, menggeser posisi Taylor Swift dari puncak daftar. Keberhasilannya ini menarik perhatian dunia, bukan hanya karena kekayaannya yang mencapai 1,3 miliar dolar AS (sekitar Rp21,15 triliun), tetapi juga karena gaya hidupnya yang sederhana dan jauh dari kesan mewah.
Guo, salah satu pendiri Scale AI, perusahaan rintisan kecerdasan buatan senilai 25 miliar dolar AS (sekitar Rp406,7 triliun), masih memegang 5 persen saham perusahaan tersebut. Meskipun telah meninggalkan Scale AI sejak 2018, kepemilikan sahamnya ini menjadi kunci kesuksesan finansialnya yang luar biasa.
Miliarder Muda dengan Gaya Hidup Sederhana
Meskipun memiliki kekayaan miliaran rupiah, Guo tetap memilih hidup hemat. Ia kerap kali menekankan ketidaksukaannya pada pemborosan uang.
Dalam wawancara dengan majalah Fortune, ia mengaku masih menggunakan Honda Civic tua untuk mobilitas sehari-hari dan membeli pakaian dari Shein, sebuah toko online yang dikenal menjual pakaian dengan harga terjangkau.
Kecenderungannya untuk berhemat bukan berarti ia tidak pernah menikmati kemewahan sama sekali. Untuk penerbangan jarak jauh, misalnya, ia memilih kelas bisnis. Ia juga memiliki beberapa gaun desainer, namun hanya untuk acara-acara khusus.
Mitos dan Realita Kekayaan: Mengapa Miliarder Lebih Suka Sederhana?
Guo mengamati tren di kalangan orang kaya, di mana banyak yang merasa perlu menunjukkan status mereka melalui gaya hidup mewah. Ia berpendapat hal ini lebih sering terlihat pada kalangan jutawan ketimbang miliarder.
Menurut Guo, jutawan sering merasa perlu tampil mencolok karena lingkungan pergaulan mereka yang juga kaya. Mereka merasa perlu membuktikan kesuksesan mereka di tengah-tengah teman-teman yang juga berada di level finansial yang sama.
Sebaliknya, miliarder, menurut Guo, cenderung lebih sederhana. Mereka telah melewati tahap membuktikan diri dan merasa tidak perlu lagi memamerkan kekayaan mereka.
Guo sendiri merasakan hal tersebut. Ia merasa nyaman dengan penampilan sederhana dan tidak merasa perlu berlomba-lomba menunjukkan kemewahan.
Hemat Bukan Sekadar Citra: Sebuah Pilihan Hidup
Guo menekankan bahwa gaya hidupnya yang hemat bukan sekadar strategi untuk membangun citra publik yang positif. Ia mengakui pernah melalui fase konsumtif di masa awal kesuksesannya, saat ia merasa perlu membuktikan sesuatu kepada dirinya sendiri dan orang lain.
Namun kini, ia telah melewati fase tersebut. Ia menyadari bahwa hidup hemat adalah pilihan yang lebih bermakna baginya, bukan semata-mata untuk menyesuaikan diri dengan pandangan masyarakat tentang miliarder.
Ia mengatakan bahwa keputusannya untuk hidup sederhana dilandasi oleh pemahaman bahwa kekayaan bukanlah segalanya, dan pemborosan adalah hal yang tidak perlu. Tujuannya bukan menciptakan kesan dekat dengan masyarakat, melainkan memahami nilai uang dan memanfaatkannya dengan bijak.
Kisah hidup Lucy Guo menjadi inspirasi bagi banyak orang. Ia membuktikan bahwa kesuksesan finansial tidak selalu harus dibarengi dengan gaya hidup mewah. Keberhasilannya menjadi bukti bahwa keputusan untuk hidup sederhana bisa menjadi pilihan yang bermakna dan memberikan kepuasan tersendiri.