Lucy Guo, perempuan terkaya di dunia versi Forbes 2025 dengan kekayaan bersih 1,3 miliar dolar AS, menantang stereotip gaya hidup miliarder. Ia memilih kesederhanaan, jauh dari kesan glamor yang sering diasosiasikan dengan kekayaan selangit. Sikap ini menjadi sorotan dan menginspirasi banyak orang.
Meskipun memiliki kekayaan fantastis, Guo menjalani hidup yang relatif sederhana. Ia tetap berbelanja di toko online murah seperti Shein dan memanfaatkan promo makanan. Hal ini menunjukkan prioritasnya yang berbeda dari banyak miliarder lainnya.
Gaya Hidup Sederhana Lucy Guo, Perempuan Terkaya di Dunia 2025
Guo tidak terobsesi dengan barang-barang mewah. Ia menggunakan mobil tua dan tidak keberatan diantar oleh asistennya dengan Honda Civic.
Keputusan ini menunjukkan bahwa baginya, kenyamanan dan kepraktisan lebih diutamakan daripada gengsi. Nilai-nilai ini tercermin dalam berbagai aspek kehidupan sehari-harinya.
Mengandalkan Barang Gratis dan Produk Murah
Untuk pakaian, Lucy Guo memilih barang gratis atau produk murah dari Shein. Meskipun kualitasnya mungkin tidak selalu sempurna, ia merasa cukup puas.
Ia memiliki beberapa potong pakaian Shein favorit yang dikenakan setiap hari. Ini menunjukkan bahwa baginya, fungsionalitas lebih penting daripada label merek terkenal.
Mengikuti Prinsip “Act Broke, Stay Rich”
Lucy Guo menganut prinsip “act broke, stay rich,” atau berlaga miskin namun tetap kaya. Baginya, memamerkan kekayaan melalui barang-barang mewah bukanlah hal yang penting.
Ia percaya bahwa banyak miliarder tidak perlu membuktikan status mereka dengan barang-barang branded. Menunjukkan kekayaan bukanlah tujuan hidupnya.
Menolak Tren Quiet Luxury yang Sekadar Pencitraan
Tren quiet luxury, atau kemewahan tanpa logo, memang populer di kalangan orang kaya. Namun, Guo melihat banyak yang hanya ingin terlihat relevan.
Ia menegaskan bahwa dirinya benar-benar hidup hemat, bukan hanya sekadar pencitraan. Penghematan baginya adalah sebuah pilihan bijak.
Guo mengakui pernah terjebak dalam keinginan untuk tampil mewah. Hal ini terjadi pada masa lalu, ketika ia masih kurang percaya diri.
Namun, seiring waktu, ia menyadari bahwa membuang uang untuk hal-hal yang tidak penting bukanlah hal yang produktif. Pengalaman ini mengubah pandangannya tentang kekayaan dan gaya hidup.
Meskipun menjalani hidup sederhana, Guo tidak sepenuhnya menghindari kemewahan. Ia sesekali memilih kelas bisnis untuk penerbangan jarak jauh atau membeli gaun desainer jika diperlukan.
Namun, prinsip hemat dan tidak berlebihan tetap menjadi pedoman utamanya. Ia menyadari bahwa kebahagiaan tidak selalu diukur dari jumlah barang mewah yang dimiliki.
Kisah Lucy Guo menjadi bukti bahwa kekayaan tidak selalu identik dengan gaya hidup mewah. Kesederhanaannya menginspirasi, mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati terletak pada kepuasan diri dan bijaksana dalam mengelola keuangan, bukan pada pencitraan semata. Sikapnya yang anti-konsumtif dan fokus pada nilai-nilai sejati patut diacungi jempol.