Kegembiraan para penggemar mobil listrik di Tiongkok terhadap Xiaomi YU7, SUV listrik terbaru dari raksasa teknologi Xiaomi, kini berubah menjadi kekecewaan. Waktu inden yang mencapai lebih dari satu tahun membuat banyak konsumen kecewa dan mempertanyakan transparansi perusahaan.
Laporan dari Reuters mengungkapkan gelombang protes dari pembeli YU7 yang merasa waktu tunggu hingga 13 bulan tidak masuk akal. Meskipun Xiaomi mengklaim telah menerima 240.000 pesanan sejak peluncuran pada 26 Juni 2025, jumlah unit yang siap dikirim sangat terbatas.
Waktu Inden Xiaomi YU7: Lebih dari Setahun!
Berdasarkan aplikasi Xiaomi, waktu inden YU7 saat ini mencapai 60 minggu atau sekitar 13 bulan. Ini berarti para pembeli harus bersabar hingga pertengahan tahun 2026 untuk bisa mengendarai mobil impian mereka.
Kekecewaan ini semakin diperparah karena banyak konsumen mengaku tidak diinformasikan mengenai lamanya waktu inden sebelum melakukan pemesanan dan membayar uang muka sebesar 5000 yuan (sekitar Rp 11 juta).
Protes Konsumen dan Risiko Kenaikan Harga
Ratusan pembeli YU7 telah mengajukan keluhan di platform digital Black Cat, milik Sina (induk usaha Weibo). Mereka merasa ditipu karena informasi mengenai waktu inden yang sangat panjang baru disampaikan setelah pembayaran uang muka dilakukan.
Lebih jauh lagi, konsumen menuntut pengembalian uang muka. Sayangnya, kebijakan Xiaomi menyatakan uang muka akan hangus jika pemesanan dibatalkan.
Kekhawatiran konsumen juga bertambah karena potensi kenaikan harga YU7. Insentif mobil listrik di China akan berakhir pada 31 Desember 2025, sehingga kemungkinan besar harga mobil akan mengalami penyesuaian.
Respons Xiaomi dan Sejarah Kendaraan Listriknya
Sampai saat ini, Xiaomi belum memberikan tanggapan resmi mengenai protes konsumen. Namun, CEO Xiaomi, Lei Jun, berjanji akan memberikan klarifikasi melalui siaran langsung.
Xiaomi YU7 bukanlah produk otomotif pertama mereka. Sebelumnya, mereka telah meluncurkan sedan sport SU7 pada Maret 2024. Kendati laris, mobil ini juga memiliki masalah serupa, yaitu waktu inden yang panjang hingga hampir satu tahun.
Masalah SU7 dan Kekhawatiran Keamanan
SU7 juga menuai kontroversi akibat kecelakaan fatal yang menewaskan pengemudi dan dua penumpang pada Maret lalu. Kecelakaan tersebut menimbulkan pertanyaan mengenai kinerja sistem kemudi otomatis dan sistem penguncian pintu otomatis mobil.
Selain itu, beberapa fitur SU7 juga dikeluhkan konsumen karena tidak sesuai dengan klaim pabrikan.
Berbeda dengan SU7, YU7 dibanderol mulai dari 253.000 yuan (sekitar Rp 572 juta), sedikit lebih murah sekitar 4 persen dibandingkan Tesla Model Y, SUV listrik terlaris di China saat ini.
Kejadian ini menyoroti pentingnya transparansi dan komunikasi yang efektif antara produsen dan konsumen, terutama di industri otomotif yang kompetitif dan berkembang pesat seperti di China. Kegagalan dalam hal ini dapat berdampak negatif pada reputasi perusahaan dan kepercayaan konsumen.
Tanggapan resmi Xiaomi dan langkah-langkah yang diambil untuk mengatasi masalah ini akan sangat menentukan bagaimana konsumen memandang perusahaan ke depannya. Kasus ini juga menjadi pelajaran berharga bagi produsen mobil listrik lainnya untuk selalu mengutamakan kepuasan konsumen dan transparansi informasi.