PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) berkomitmen mengurangi ketergantungan terhadap batu bara dalam pembangkit listrik. Salah satu strateginya adalah memanfaatkan biomassa sebagai bahan bakar alternatif melalui program cofiring.
Langkah ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga berdampak positif bagi masyarakat sekitar. PLN EPI memberdayakan penduduk desa dengan memanfaatkan lahan kritis untuk menanam pohon penghasil biomassa.
Memanfaatkan Lahan Kritis untuk Pasokan Biomassa
PLN EPI telah memulai inisiatif ini sebagai wujud komitmen terhadap prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). Program ini selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Sekretaris Perusahaan PLN EPI, Mamit Setiawan, menjelaskan bahwa program cofiring dengan biomassa bukan hanya solusi energi, melainkan juga membuka peluang ekonomi baru di pedesaan.
Inovasi ini diharapkan menjadi model kolaborasi antara energi dan pemberdayaan masyarakat yang dapat direplikasi di berbagai wilayah. PLN EPI melihat potensi besar dalam pengembangan ini.
Pelatihan Perawatan Pohon Multifungsi di Gunung Kidul
Sebagai langkah nyata, PLN EPI menyelenggarakan pelatihan perawatan dan pemantauan pohon multifungsi di Desa Berdaya Energi Gunung Kidul, Yogyakarta.
Pelatihan tersebut diikuti oleh warga Desa Gombang dan Karangasem, Kabupaten Gunungkidul. Materi pelatihan meliputi teori dan praktik lapangan.
Peserta dilatih mengenai pemupukan, pemangkasan, dan pemantauan pertumbuhan tanaman. Tenaga ahli mendampingi peserta selama pelatihan.
Tujuannya adalah agar warga memahami prosedur operasional standar (SOP) perawatan pohon secara berkelanjutan. Hal ini penting untuk keberlangsungan program.
Penguatan Ekonomi Desa dan Kolaborasi Berkelanjutan
Program ini merupakan contoh nyata integrasi sektor energi, konservasi lingkungan, dan penguatan ekonomi desa. PLN EPI menggandeng Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).
Gapoktan Tani Mulya (Gombang) dan Asem Mulya (Karangasem) telah menanam lebih dari 175 ribu pohon multifungsi sejak 2023. Pohon-pohon ini ditanam di lahan Sultan Ground dan tanah kas desa.
Tanaman multifungsi, seperti Indigofera, memiliki manfaat ganda. Selain sebagai pakan ternak, tanaman ini juga menjadi bahan baku energi dan pewarna alami batik.
Hal ini membuka peluang ekonomi sirkular bagi warga. Program ini diikuti oleh 50 orang dan bertujuan meningkatkan perekonomian rakyat.
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat mendukung penuh program ini. Pemanfaatan lahan Sultan Ground untuk pertanian berkelanjutan merupakan komitmen Keraton.
Ketua Badan Pangresa Loka Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Raden Mas Gustilantika Marrel Suryokusumo, menyampaikan dukungannya. Keraton mendorong pengembangan agro eduwisata di masa mendatang.
PLN juga menekankan pentingnya tata kelola administratif yang baik. KRT Surya Satriyanto dari Kawedanan Panitikisma Badan Keraton, menekankan hal tersebut.
Setiap Kalurahan didorong untuk memiliki dokumen legal dalam pemanfaatan tanah. Ini termasuk penetapan zona dan perizinan formal.
Vice President Transisi Energi dan Perubahan Iklim PLN, Anindita Satria Surya, mengapresiasi hasil program selama dua tahun terakhir. Lebih dari 175 ribu pohon multifungsi telah ditanam.
Tanaman Indigofera, misalnya, telah tumbuh setinggi rata-rata 4 meter. Tanaman ini siap dipanen dan memberikan manfaat ekonomi berlapis.
Selain untuk pakan ternak dan bahan bakar, Indigofera juga dikembangkan sebagai pewarna alami batik. Ini merupakan contoh nyata ekonomi sirkular berbasis lokal.
Kesimpulannya, inisiatif PLN EPI ini menunjukkan potensi besar dalam menciptakan solusi energi berkelanjutan sekaligus memberdayakan masyarakat. Model ini dapat menjadi contoh bagi pengembangan program serupa di daerah lain yang memiliki lahan kritis.
