Dalam momen-momen sulit, manusia tak selalu membutuhkan solusi instan atau nasihat bijak. Kadang, yang dibutuhkan hanyalah kehadiran seseorang yang peduli, sekadar memberikan dukungan tanpa kata-kata. Sebuah tindakan sederhana, seperti menyajikan makanan hangat, bisa menjadi bentuk perhatian yang begitu berarti.
Hal ini diungkapkan oleh Kirana Ayuningtyas melalui akun X miliknya, @kirarance. Ia berbagi pengalamannya pasca-kecelakaan hebat yang hampir merenggut nyawanya, saat kehadiran asisten rumah tangganya yang membawakan sup iga favoritnya menjadi penghiburan yang tak ternilai.
Kehangatan Semangkuk Sup Iga: Lebih dari Sekadar Makanan
Kirana merasakan betapa kosongnya energinya saat itu. Ia merasa ingin menyerah.
Namun, semangkuk sup iga hangat yang dibawakan asistennya menjadi sebuah simbol kehadiran yang mengisi kekosongan tersebut. Makanan hangat, bagi Kirana, merupakan representasi nyata dari kepedulian.
“Energi yang kosong rasanya sedikit terisi lagi. Makanan hangat seperti itu seperti simbol kehadiran,” ungkapnya.
Comfort Food dan Dampak Psikologisnya
Psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo menjelaskan, makanan hangat, khususnya comfort food, memiliki efek menenangkan secara psikologis.
Makanan ini seringkali dikaitkan dengan rasa aman, kenangan masa lalu yang menyenangkan, dan asosiasi emosional positif.
Aroma dan rasa yang familiar mampu merangsang pelepasan hormon seperti dopamin, serotonin, dan oksitosin. Hormon-hormon ini berperan penting dalam menciptakan suasana hati positif dan perasaan terhubung.
Vera menambahkan, makanan hangat kerap menjadi media non-verbal untuk menunjukkan kepedulian. Hal ini tak membutuhkan banyak kata-kata.
Kehadiran yang Lebih Bermakna dari Kata-Kata
Saat menghadapi krisis, manusia seringkali menutup diri dari bantuan luar.
Namun, kehadiran seseorang melalui perhatian sederhana, seperti memasak makanan atau sekadar menemani, dapat menjadi komunikasi emosional yang kuat dan penuh empati.
Tindakan kecil ini mampu menciptakan rasa tidak sendirian, yang sangat krusial saat seseorang sedang dalam kondisi sulit. Masakan hangat menjadi jembatan komunikasi emosional yang efektif.
Tidak perlu gestur besar untuk menunjukkan kepedulian. Menyediakan makanan hangat, duduk tanpa berkata-kata di samping seseorang, atau sekadar hadir, bisa menjadi cara ampuh membuat seseorang merasa dihargai dan didukung.
Vera menekankan bahwa perhatian kecil seperti memasak makanan merupakan intervensi mikro yang sangat bermakna. Terutama ketika seseorang berada dalam kondisi mental yang rapuh, mereka mungkin belum siap menerima bantuan yang bersifat konfrontatif.
Kesimpulannya, kehadiran dan perhatian, yang bisa diwujudkan dalam bentuk sederhana seperti menyajikan makanan hangat, memiliki kekuatan luar biasa dalam memberikan dukungan emosional. Hal ini jauh lebih bermakna daripada sekadar kata-kata penghibur.
Tindakan kecil tersebut dapat menjadi jembatan untuk membantu seseorang melewati masa sulit dan merasa tidak sendirian dalam menghadapi tantangan hidup.