Kecelakaan pesawat Air India di Ahmedabad, Kamis (12/6/2025), menyisakan duka mendalam. Pesawat Boeing 787 yang terbang menuju London jatuh sesaat setelah lepas landas, menewaskan seluruh 242 penumpang dan awak di dalamnya. Dugaan sementara mengarah pada tabrakan dengan kawanan burung sebagai penyebab utama tragedi ini.
Sejumlah saksi mata dan video amatir beredar di media sosial, memperlihatkan momen mencekam pesawat yang kehilangan ketinggian secara tiba-tiba. Investigasi resmi tengah dilakukan untuk mengungkap kronologi lengkap kejadian dan penyebab pasti kecelakaan.
Dugaan Tabrakan dengan Kawanan Burung
Saurabh Bhatnagar, mantan pilot dan pengamat penerbangan, menyatakan indikasi awal menunjukkan adanya multiple bird hits. Tabrakan dengan beberapa burung sekaligus diduga menyebabkan kedua mesin pesawat kehilangan daya dorong.
Meskipun terlihat terkendali saat jatuh, kehilangan daya dorong mesin secara bersamaan pada ketinggian rendah (kurang dari 200 meter) menjadi faktor krusial kecelakaan ini. Hal ini sangat jarang terjadi, mengingat pesawat dirancang untuk tetap bisa terbang dengan satu mesin yang berfungsi.
Fase Lepas Landas dan Pendaratan: Titik Rawan Kecelakaan
Data dari International Air Transport Association (IATA) menunjukkan fakta mengejutkan. Lebih dari 60 persen kecelakaan penerbangan terjadi pada fase lepas landas dan pendaratan.
Mary Schiavo, Transportation Analyst, menjelaskan tekanan tinggi yang dihadapi pilot dan pengendali lalu lintas udara di sekitar landasan pacu. Pendaratan dinilai lebih berisiko karena ruang manuver yang sangat terbatas.
Aturan sterile cockpit yang diberlakukan sejak 1981 bertujuan meminimalisir risiko. Aturan ini mengharuskan pilot fokus penuh pada penerbangan di bawah ketinggian 3.000 meter, tanpa gangguan percakapan atau aktivitas tidak penting.
Ancaman tabrakan dengan burung (bird strike) juga menjadi sorotan. Otoritas Penerbangan Sipil Inggris mencatat 1.432 insiden serupa di negara tersebut pada tahun 2022. Upaya pencegahan biasanya mencakup penggunaan lampu dan suara keras di sekitar bandara untuk mengusir burung.
Investigasi Lanjutan dan Antisipasi Risiko Ke Depan
Aircraft Accident Investigation Bureau India akan memimpin investigasi resmi, kemungkinan melibatkan Air Accidents Investigation Branch Inggris. Hasil investigasi lengkap sangat dinantikan untuk mengungkap fakta sebenarnya.
Profesor John McDermid dari University of York menekankan betapa mengejutkannya kecelakaan ini, karena terjadi pada ketinggian sangat rendah. Kegagalan dua mesin secara simultan pada fase tersebut merupakan kejadian yang luar biasa jarang terjadi.
Dennis Tajer, juru bicara Allied Pilots Association, menambahkan bahwa fase lepas landas menuntut kesempurnaan dalam kecepatan, arah, sistem, dan komunikasi. Gangguan sekecil apapun dapat berakibat fatal.
Meskipun insiden seperti ini jarang, kecelakaan Air India ini menjadi pengingat pentingnya fokus pada keselamatan penerbangan, khususnya pada fase lepas landas dan pendaratan. Peningkatan langkah-langkah antisipatif terhadap ancaman seperti bird strike juga perlu dipertimbangkan.
Tragedi ini diharapkan menjadi pelajaran berharga bagi industri penerbangan global untuk terus meningkatkan standar keselamatan dan prosedur operasional, guna mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Prioritas utama tetap keselamatan penumpang dan awak pesawat.