Pengangguran menjadi isu global yang semakin memprihatinkan. Tingginya angka pencari kerja yang mengikuti pameran lowongan kerja di berbagai negara menjadi bukti nyata keresahan ini. Indonesia pun merasakan dampaknya. Namun, negara mana yang sebenarnya memiliki angka pengangguran tertinggi di dunia? Jawabannya tak sesederhana itu.
Perlu dipahami bahwa menentukan negara dengan pengangguran tertinggi sangat kompleks. Perbedaan metodologi pengumpulan data, definisi pengangguran, dan waktu pengambilan data membuat perbandingan antar negara menjadi rumit. Data dari berbagai sumber pun seringkali berbeda. Berikut ini adalah sepuluh negara dengan tingkat pengangguran tertinggi berdasarkan data Bank Dunia, dengan catatan bahwa angka-angka ini bisa berubah sewaktu-waktu.
10 Negara dengan Tingkat Pengangguran Tertinggi di Dunia
Berdasarkan data Bank Dunia, Eswatini memimpin daftar dengan angka pengangguran mencapai 35,1 persen. Negara kecil di Afrika ini menghadapi krisis ketenagakerjaan yang serius. Kondisi ini berdampak besar terhadap perekonomian dan kesejahteraan warganya.
Afrika Selatan menyusul di posisi kedua dengan angka pengangguran 32,1 persen. Meskipun termasuk negara maju di Afrika, negara ini masih berjuang keras menyerap angkatan kerjanya. Tantangan ini memerlukan solusi komprehensif dari pemerintah.
Djibouti berada di peringkat ketiga dengan angka pengangguran 26,2 persen. Letak geografisnya yang strategis di Afrika Timur belum mampu menunjang pembangunan ekonomi yang inklusif dan merata. Hal ini menyebabkan tingginya angka pengangguran.
Palestina mencatatkan angka pengangguran 24,4 persen. Konflik dan ketidakstabilan politik yang berkepanjangan menjadi faktor utama penyebab masalah ini. Kondisi ini mempersulit upaya pemulihan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
Botswana, negara terbesar ke-22 di Afrika, menempati posisi kelima dengan angka pengangguran 23,4 persen. Luasnya wilayah tidak berbanding lurus dengan kesempatan kerja yang tersedia. Pemerintah perlu mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata.
Montenegro, negara kecil di Eropa tenggara, berada di peringkat keenam dengan angka pengangguran 14,6 persen. Meskipun terletak di pantai Adriatik, negara ini masih menghadapi tantangan dalam menciptakan lapangan kerja bagi warganya.
Afghanistan, dengan angka pengangguran 14 persen, menempati posisi ketujuh. Kondisi keamanan dan politik yang belum stabil menjadi faktor utama penyebab pengangguran yang tinggi di negara ini. Ketidakpastian politik menyebabkan minimnya investasi.
Makedonia Utara berada di peringkat kedelapan dengan angka pengangguran 13,2 persen. Negara di kawasan Balkan ini masih perlu meningkatkan upaya penciptaan lapangan kerja.
Spanyol, negara besar di Eropa, menempati posisi kesembilan dengan angka pengangguran 12,2 persen. Meskipun ekonomi Spanyol cukup kuat, namun angka pengangguran masih menjadi masalah yang signifikan.
India, negara dengan jumlah penduduk terpadat di dunia, surprisingly hanya memiliki angka pengangguran 4,2 persen dan berada di peringkat kesepuluh dalam daftar ini. Meskipun demikian, angka ini masih perlu diperhatikan mengingat jumlah penduduk yang sangat besar.
Pengangguran di Indonesia: Sebuah Tantangan Sosial-Ekonomi
Meskipun beberapa sumber menyebutkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di ASEAN, angka persentasenya jauh lebih rendah daripada negara-negara di Afrika yang telah disebutkan di atas. Namun, pengangguran tetap menjadi isu krusial yang perlu mendapat perhatian serius.
Definisi pengangguran secara umum adalah kondisi seseorang yang termasuk dalam angkatan kerja (usia 15-64 tahun) tetapi tidak memiliki pekerjaan dan aktif mencari pekerjaan. Tingkat pengangguran yang tinggi menunjukkan inefisiensi dalam pemanfaatan sumber daya manusia.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengangguran
Berbagai faktor dapat menyebabkan tingginya angka pengangguran di suatu negara. Konflik politik, krisis ekonomi, dan kemajuan teknologi yang cepat merupakan beberapa di antaranya. Di Indonesia, beberapa faktor utama penyebab pengangguran antara lain:
- Kesenjangan keterampilan: Keterampilan yang dimiliki pencari kerja seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan industri.
- Pertumbuhan ekonomi tidak merata: Pertumbuhan ekonomi yang terpusat di beberapa daerah saja menyebabkan ketimpangan kesempatan kerja.
- Minimnya investasi sektor padat karya: Kurangnya investasi di sektor yang mampu menyerap banyak tenaga kerja juga menjadi penyebab.
Pemerintah Indonesia perlu terus berupaya untuk mengatasi masalah ini. Peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan, penciptaan lapangan kerja baru, dan peningkatan investasi di sektor padat karya sangat krusial. Upaya ini perlu didukung oleh kerjasama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Data pengangguran yang akurat dan up-to-date juga sangat penting untuk membuat kebijakan yang tepat sasaran. Dengan komitmen dan strategi yang tepat, diharapkan Indonesia dapat mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
