Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli baru-baru ini menanggapi isu viral di media sosial yang menyebut penyelenggaraan bursa kerja atau job fair hanya sebagai formalitas. Ia menilai tudingan tersebut tidak berdasar dan bahkan janggal karena menyebar luas di platform digital. Pernyataan Menaker ini disampaikan dalam Human Capital Summit 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC) pada Rabu, 4 Juni 2025.
Menaker menekankan bahwa job fair yang diselenggarakan oleh Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) memberikan peluang kerja nyata bagi pencari kerja. Ia menepis anggapan bahwa acara tersebut hanya sekadar formalitas belaka.
Bantahan Menaker Terhadap Isu Job Fair Sekadar Formalitas
Yassierli memberikan contoh konkret untuk membantah tudingan tersebut. Ia menyebutkan, dalam salah satu job fair terbaru, lebih dari 100 perusahaan formal turut berpartisipasi menawarkan lowongan pekerjaan. Hal ini menunjukkan komitmen Kemnaker dalam memfasilitasi pencari kerja.
Kemnaker memastikan adanya peluang riil dalam setiap job fair yang diselenggarakan. Bukan hanya sekedar pameran lowongan kerja, acara ini juga menyediakan layanan tambahan untuk menunjang proses pencarian kerja.
Layanan Tambahan di Job Fair Kemnaker
Selain membuka lowongan kerja, Kemnaker juga memfasilitasi _walk-in interview_ bagi peserta yang lolos seleksi administrasi. Kemnaker juga menyediakan layanan konsultasi karir gratis bagi pencari kerja yang membutuhkan bimbingan tambahan.
Fasilitas konsultasi karir ini dilakukan secara _offline_ dan bertujuan untuk memberikan pendampingan langsung kepada pencari kerja. Hal ini menunjukkan komitmen Kemnaker untuk memberikan layanan menyeluruh dalam membantu pencari kerja menemukan pekerjaan yang sesuai.
Pentingnya Kualitas Pelaksanaan Job Fair Ke Depan
Menaker Yassierli mengingatkan penyelenggara job fair untuk memperhatikan kualitas pelaksanaan agar tidak terkesan hanya memenuhi kewajiban atau menjadi ajang seremonial. Hal ini penting untuk menjaga kredibilitas dan kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggaraan job fair.
Penyelenggara job fair diimbau untuk mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat memengaruhi kualitas acara. Tujuan utamanya adalah untuk memberikan manfaat riil bagi pencari kerja, bukan hanya sebagai alat branding perusahaan atau pemenuhan target kinerja.
Menghindari Kesan Formalitas Belaka
Agar tidak menimbulkan kesan hanya formalitas, penyelenggara perlu memastikan keterlibatan perusahaan yang serius dan relevan. Selain itu, layanan pendukung bagi pencari kerja seperti _walk-in interview_ dan konsultasi karir juga perlu diperhatikan.
Kemnaker berharap penyelenggaraan job fair benar-benar menjadi bukti kehadiran pemerintah dalam membantu pencari kerja. Dengan demikian, citra negatif job fair sebagai formalitas semata dapat dihindari.
Sebelumnya, beredar video viral di media sosial yang menuduh job fair hanya sebagai alat branding perusahaan dan pemenuhan target kinerja instansi. Narasi dalam video tersebut menyebutkan bahwa job fair tidak efektif di era serba online.
Video viral tersebut mengkritisi penyelenggaraan job fair yang dianggap kurang berdampak bagi pencari kerja. Hal ini mendorong Menaker untuk memberikan klarifikasi dan menekankan pentingnya kualitas penyelenggaraan job fair ke depan.
Menaker berharap, ke depannya, penyelenggaraan job fair bisa semakin berkualitas dan benar-benar memberikan manfaat bagi pencari kerja. Dengan adanya perbaikan dan peningkatan kualitas, maka isu negatif yang berkembang di masyarakat bisa diatasi. Job fair harus menjadi jembatan nyata antara pencari kerja dan perusahaan, bukan hanya sekadar acara seremonial.