Aktor Jefri Nichol mengaku sangat bucin terhadap kekasihnya, Ameera Khan. Keduanya menjalani hubungan jarak jauh (LDR) karena Ameera tinggal di Malaysia. Hal ini membuat mereka menghabiskan waktu berjam-jam untuk tetap terhubung. Namun, seberapa wajar dan baikkah sikap “bucin” dalam sebuah hubungan?
Psikolog Klinis Dewasa, Syaikha Nabila, M.Psi., Psikolog, memberikan pencerahan mengenai hal ini. Ia menjelaskan bahwa definisi “bucin” atau budak cinta perlu diperjelas.
Apakah Bucin Itu Baik?
Syaikha Nabila menjelaskan bahwa perasaan “tergila-gila” atau bucin pada pasangan bukanlah masalah. Memberikan perhatian penuh merupakan ekspresi cinta.
Namun, penting untuk menjaga keseimbangan. Jangan sampai karena bucin, seseorang mengabaikan kebutuhan dan jati dirinya sendiri.
Menjaga Keseimbangan dalam Hubungan Bucin
Menjadi bucin tidak selalu negatif. Yang krusial adalah tidak kehilangan diri sendiri demi pasangan.
Prioritaskan diri sendiri. Tetap terbuka berkomunikasi dengan pasangan, saling percaya, dan menetapkan batasan yang jelas. Hubungan yang sehat dibangun di atas fondasi ini.
Ciri Hubungan Bucin yang Sehat
Hubungan yang sehat ditandai dengan adanya cinta dan kasih sayang yang kuat antara kedua pasangan.
Namun, rasa sayang ini tidak menghalangi masing-masing individu untuk tetap memprioritaskan kebutuhan dan kesejahteraan dirinya sendiri.
Komunikasi yang terbuka dan jujur juga menjadi kunci. Saling percaya dan menghargai batasan masing-masing pasangan sangat penting.
Faktor-faktor yang Menentukan Kesehatan Hubungan
Beberapa faktor menentukan apakah suatu hubungan asmara tergolong sehat.
Salah satunya adalah kemampuan untuk mencintai pasangan tanpa mengorbankan diri sendiri.
Kemampuan berkomunikasi secara terbuka dan jujur juga berperan besar. Kepercayaan dan rasa hormat terhadap batasan pribadi juga menjadi indikator penting.
Hubungan yang sehat dibangun atas dasar saling menghargai dan percaya, bukan atas dasar pengorbanan diri yang berlebihan. Meskipun sangat mencintai pasangan, individu tetap mampu mempertahankan identitas dan kesejahteraan pribadinya.
Sikap “bucin” yang berlebihan dapat berdampak negatif pada keseimbangan hubungan dan kesehatan mental individu. Oleh karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan antara perhatian pada pasangan dan prioritas diri sendiri.
Dengan demikian, rasa “bucin” bukanlah hal yang salah, asalkan tidak mengorbankan diri sendiri dan hubungan tersebut tetap sehat serta dibangun atas dasar saling menghargai dan percaya. Komunikasi yang terbuka dan jujur, serta pemahaman akan batasan masing-masing individu, merupakan kunci utama dalam menjaga hubungan yang harmonis dan berkelanjutan. Keseimbangan antara cinta dan individualitas adalah kunci utama dalam menciptakan hubungan yang sehat dan bahagia.