Penurunan daya beli masyarakat Indonesia turut berdampak pada industri emas dan perhiasan. PT Hartadinana Abadi Tbk (HRTA), salah satu pemain besar di sektor ini, merasakan dampaknya secara langsung. Perusahaan melaporkan adanya penurunan permintaan, terutama pada segmen perhiasan.
Meski demikian, HRTA tetap optimistis. Emas, secara kultural, masih menjadi aset investasi pilihan masyarakat Indonesia. Strategi adaptasi pun dijalankan perusahaan untuk menghadapi tantangan ini.
Strategi HRTA Menghadapi Penurunan Daya Beli
Direktur Utama HRTA, Sandra Sunanto, menjelaskan bahwa perusahaan merespon penurunan daya beli dengan menawarkan produk yang lebih terjangkau.
Strategi ini meliputi produksi perhiasan dengan gramasi lebih kecil, sesuai dengan kemampuan beli konsumen saat ini. Hal ini bertujuan untuk tetap memenuhi permintaan pasar.
“Bisnis harus proaktif memberikan, menyalurkan, memproduksi produk yang sesuai penurunan daya beli tersebut,” ujar Sandra dalam public expose, Kamis (12/6/2025).
Permintaan Emas Batangan Tetap Kuat
Menariknya, di tengah penurunan permintaan perhiasan, HRTA justru mencatat peningkatan permintaan emas batangan.
Fenomena ini terjadi sejak pandemi Covid-19 dan menjadi penyangga kinerja perusahaan. Pertumbuhan penjualan emas batangan menjadi pendorong utama pendapatan HRTA.
Kinerja Keuangan HRTA Kuartal I-2025
Pada kuartal I-2025, HRTA membukukan pendapatan sebesar Rp 6,7 triliun. Angka ini meningkat 68,97 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Peningkatan tersebut didorong oleh penjualan emas murni yang naik 18,77 persen secara tahunan, mencapai 4,47 ton. Dibandingkan dengan 3,76 ton pada kuartal I tahun sebelumnya.
Laba bersih HRTA juga tercatat positif, mencapai Rp 149,75 miliar. Ini merupakan peningkatan sebesar 45,82 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sebagai bagian dari strategi ekspansi, HRTA menargetkan pembukaan 100 toko baru di tahun 2025.
Tantangan dan Peluang di Industri Emas
Penurunan daya beli menjadi tantangan nyata bagi industri emas dan perhiasan. Namun, pasar emas tetap memiliki potensi pertumbuhan yang besar.
Keberhasilan HRTA dalam mengelola tantangan ini, melalui strategi adaptasi dan inovasi produk, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk beradaptasi di tengah kondisi ekonomi yang dinamis.
Secara keseluruhan, kinerja keuangan HRTA di kuartal I-2025 menunjukkan resiliensi perusahaan di tengah fluktuasi ekonomi. Strategi adaptasi yang dilakukan, dengan fokus pada produk yang sesuai dengan daya beli masyarakat dan ekspansi bisnis, menjadi kunci keberhasilan mereka. Ke depan, perkembangan ekonomi makro dan daya beli masyarakat akan menjadi faktor penentu bagi pertumbuhan industri emas dan perhiasan.