Ketidakpastian ekonomi global yang meningkat, ditandai dengan perang di Timur Tengah dan perang dagang, menimbulkan ancaman serius bagi perekonomian Indonesia. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan kekhawatirannya akan dampak lanjutan dari situasi ini, yang meliputi pelemahan ekspor, tekanan pada nilai tukar rupiah, dan lonjakan harga komoditas.
Situasi ini semakin kompleks dengan kombinasi inflasi yang meningkat dan perlambatan ekonomi dunia. Tantangan tersebut tidak hanya berdampak pada sektor perdagangan, tetapi juga pada pembangunan infrastruktur nasional.
Ancaman Global terhadap Ekonomi Indonesia
Sri Mulyani menekankan bahwa melemahnya ekonomi global akan secara langsung mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia. Meskipun beberapa harga komoditas mengalami peningkatan tajam, hal ini bukan didorong oleh mekanisme penawaran dan permintaan alami, melainkan akibat disrupsi global.
Pemerintah tengah mewaspadai dampak berganda dari situasi ini. Tekanan terhadap nilai tukar Rupiah dan potensi lonjakan inflasi menjadi perhatian utama.
Tantangan Infrastruktur di Tengah Krisis Global
Sektor infrastruktur nasional juga menghadapi tantangan baru akibat ketidakstabilan global. PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) menekankan pentingnya tetap melanjutkan momentum transisi menuju pembangunan berkelanjutan.
Hal ini krusial untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada energi fosil dan membangun infrastruktur yang ramah lingkungan serta berkelanjutan.
Chief Investment Officer IIF, M. Ramadhan Harahap (Idhan), menjelaskan dampak sistemik konflik Timur Tengah terhadap pasar global, terutama sektor energi dan keuangan. Meningkatnya harga minyak dunia dan volatilitas di sektor pembiayaan berdampak pada biaya modal proyek infrastruktur.
Dampak terhadap Proyek Infrastruktur
Kenaikan harga minyak dan ketergantungan pada bahan bakar fosil atau peralatan impor meningkatkan biaya proyek infrastruktur. Hal ini membutuhkan strategi adaptasi yang cermat.
IIF melihat krisis global sebagai peluang untuk mempercepat reformasi struktural di sektor infrastruktur. Peningkatan harga energi global justru dapat meningkatkan daya tarik proyek energi terbarukan seperti panas bumi, PLTS, dan biogas.
Akselerasi Energi Terbarukan dan Kemandirian Energi
Idhan menambahkan bahwa Indonesia berada pada titik balik. Krisis ini memperkuat argumen untuk mempercepat kemandirian energi melalui proyek-proyek hijau yang terukur dan stabil.
Hal ini selaras dengan peresmian proyek hilirisasi Battery Energy Storage System (BESS) di Karawang. Presiden Prabowo Subianto optimistis kemandirian energi dapat dicapai dalam 5-6 tahun mendatang.
Pembangunan pabrik baterai untuk kendaraan listrik dan sistem penyimpanan energi surya merupakan kunci utama dalam mencapai target tersebut. IIF juga berkomitmen untuk mendukung proyek infrastruktur yang berkelanjutan.
Portofolio pembiayaan IIF difokuskan pada proyek-proyek yang berkontribusi langsung pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Selain pembiayaan, IIF juga menyediakan layanan ESG Advisory untuk memastikan proyek-proyek tersebut tangguh secara ekonomi, lingkungan, dan sosial.
Idhan menegaskan pentingnya mendesain pembiayaan yang adaptif terhadap risiko global. Hal ini bertujuan agar proyek-proyek infrastruktur saat ini tidak menjadi beban bagi generasi mendatang.
IIF akan terus menjembatani kebutuhan pembangunan nasional dengan dinamika global yang cepat berubah. Kerja sama dengan mitra multilateral dan investor berorientasi ESG akan terus diperkuat.
Tantangan geopolitik saat ini bukan penghalang, melainkan pengingat pentingnya membangun infrastruktur masa depan yang lebih kuat, hijau, dan mandiri. Hal ini menjadi kunci ketahanan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global.