Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup menguat pada perdagangan Selasa, 17 Juni 2025. Kenaikan sebesar 0,54 persen ini membawa IHSG ke posisi 7.155,85. Penguatan ini terjadi berkat aksi beli saham yang signifikan dari investor asing.
Data dari RTI menunjukkan indeks LQ45 juga mengalami peningkatan, mencapai 0,62 persen dan berada di posisi 799,88. Sebagian besar indeks saham acuan mencatatkan kinerja positif.
Pergerakan IHSG Sepanjang Hari
Sepanjang perdagangan Selasa, IHSG mencatat titik tertinggi di 7.181,46 dan terendah di 7.143,60. Sebanyak 289 saham berkontribusi pada penguatan IHSG.
Namun, 309 saham lainnya melemah, sedikit menahan laju penguatan. Sisanya, 209 saham stagnan.
Total frekuensi perdagangan mencapai 1.224.653 kali dengan volume 18,8 miliar saham. Nilai transaksi harian mencapai Rp 11,9 triliun. Kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah berada di kisaran 16.264.
Investor asing tercatat membeli saham senilai Rp 259,54 miliar pada hari tersebut. Meskipun demikian, sepanjang tahun 2025, investor asing masih mencatatkan aksi jual bersih sebesar Rp 48,46 triliun.
Kinerja Sektoral dan Saham Unggulan
Sebagian besar sektor saham mencatatkan kinerja positif. Sektor transportasi menjadi yang paling menonjol dengan lonjakan 2,55 persen.
Sektor dasar juga mengalami kenaikan signifikan, mencapai 1,67 persen. Sektor konsumsi non-siklikal naik tipis 0,04 persen, dan sektor konsumsi siklikal naik 1,72 persen.
Sektor kesehatan naik 0,52 persen, keuangan naik 0,20 persen, dan properti naik 0,42 persen. Sektor teknologi dan infrastruktur juga menunjukkan penguatan, masing-masing 1,41 persen dan 0,81 persen.
Namun, sektor energi dan industri mengalami penurunan, masing-masing sebesar 0,62 persen dan 1,01 persen.
Saham-saham Berkinerja Terbaik dan Terburuk
Beberapa saham mencatatkan kenaikan signifikan, termasuk ASPI (34,81%), TMPO (34,48%), PNSE (24,66%), MBSS (21,05%), dan LCKM (19%).
Di sisi lain, saham-saham yang mengalami penurunan tajam antara lain MTFN (-25%), BTEK (-16,67%), OBAT (-13,52%), KOPI (-12,90%), dan SMIL (-11,36%).
Saham ANTM menjadi yang paling aktif berdasarkan nilai transaksi (Rp 980,8 miliar), diikuti BRMS (Rp 878,3 miliar), AMMN (Rp 541,1 miliar), BBRI (Rp 501,4 miliar), dan BBCA (Rp 497,6 miliar).
Berdasarkan frekuensi perdagangan, saham BRMS memimpin dengan 60.343 kali transaksi. Disusul ANTM (45.959 kali), PGEO (32.229 kali), TOBA (31.355 kali), dan BBRI (31.228 kali).
Contoh Pergerakan Saham Tertentu
Saham BMRI turun 0,97% ke Rp 5.100 per saham, meskipun dibuka dengan kenaikan. Sementara saham AMMN melonjak 7,26% ke Rp 8.125 per saham. Saham SMRA ditutup naik 1% ke Rp 406 per saham.
Analisis Sentimen Pasar dan Prospek IHSG
Maximilianus Nico Demus dari Pilarmas Investindo Sekuritas menjelaskan bahwa pasar menunggu keputusan kebijakan moneter The Fed. Ketidakpastian tarif dagang AS dan ketegangan geopolitik juga mempengaruhi sentimen.
Harapan penurunan suku bunga AS berkurang karena ketidakpastian perdagangan dan tekanan inflasi. Pasar juga mencermati perkembangan konflik Iran dan Israel.
Di dalam negeri, pasar menanti kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) pada rapat 17-18 Juni 2025. Diperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuan di 5,5 persen untuk menjaga stabilitas rupiah.
Pergerakan Bursa Saham Asia Pasifik
Beberapa bursa saham Asia menunjukkan kinerja beragam. Nikkei naik 0,67 persen, sementara Hang Seng turun 0,53 persen.
Indeks Shanghai naik tipis 0,04 persen, sedangkan Strait Times turun 0,57 persen. Pergerakan ini mencerminkan dinamika global yang kompleks.
Secara keseluruhan, penguatan IHSG pada Selasa, 17 Juni 2025, didorong oleh aksi beli investor asing dan sebagian besar sektor yang positif. Namun, ketidakpastian global dan keputusan kebijakan moneter baik dari The Fed maupun BI masih akan mempengaruhi pergerakan IHSG ke depannya. Pemantauan terus menerus terhadap perkembangan geopolitik dan ekonomi global sangat krusial untuk mengantisipasi fluktuasi pasar.