Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menorehkan performa yang kurang menggembirakan pada perdagangan Selasa, 1 Juli 2025. Meskipun sempat menunjukkan tren positif di awal sesi, IHSG akhirnya ditutup melemah. Pergerakan ini memberikan gambaran menarik tentang dinamika pasar saham domestik di tengah berbagai sentimen yang beredar. Mari kita telusuri lebih dalam penyebab penurunan ini dan proyeksi ke depannya.
Berdasarkan data RTI Business, IHSG tercatat anjlok tipis ke level 6.915, atau turun 12,31 poin (0,18 persen). Volume perdagangan tergolong tinggi, dengan 17,17 miliar saham diperdagangkan senilai Rp 11,38 triliun dalam 1,15 juta transaksi.
IHSG Loyo: Analisis Pergerakan Saham
Perdagangan saham pada Selasa lalu menunjukkan pergerakan yang beragam. Sebanyak 245 saham mengalami kenaikan, sementara 356 saham lainnya melemah. Sisanya, 191 saham, stagnan tanpa perubahan harga yang signifikan.
Beberapa saham yang mencatatkan kenaikan harga antara lain MINA, KRYA, APEX, ARCI, BUVA, RUIS, INPS, AVIA, MAPA, BDKR, SSIA, BIPI, MYOR, dan ERAL. Sebaliknya, saham-saham seperti BULL, JAYA, ITMA, MPXL, JPFA, BIRD, BEEF, LSIP, MBMA, NOBU, NICL, BUMI, dan GIAA mengalami penurunan yang cukup tajam.
Meleset dari Proyeksi, Analisis Teknikal Menunjukkan Potensi Pemulihan
Sebelumnya, sejumlah analis memproyeksikan IHSG akan mampu menembus level 7.000, didorong oleh sentimen positif domestik dan global. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan hasil yang berbeda.
Ratna Lim, analis dari Phintraco Sekuritas, mengungkapkan pandangannya mengenai pergerakan IHSG dari sisi teknikal. Ia melihat potensi pemulihan meskipun tren masih menunjukkan kelemahan.
Menurut Ratna, pergerakan IHSG dari lower band menuju middle band mengindikasikan potensi pemulihan. Indikator Stochastic RSI menunjukkan pembalikan arah ke atas dari area oversold, meski MACD masih menunjukkan tren menurun. Namun, histogram mulai mengecil dan garis MACD mendekati garis sinyal, menandakan potensi golden cross. Ia memprediksi IHSG berpeluang menguji level 6.950-7.000.
Ratna menetapkan area resistance IHSG di 7.000, pivot di 6.950, dan support di 6.800. Hal ini memberikan gambaran rentang pergerakan yang mungkin terjadi dalam waktu dekat.
Faktor Pengaruh Penguatan dan Pelemahan IHSG
Perlu diingat bahwa IHSG sebelumnya ditutup menguat ke level 6.927 (naik 0,43 persen) pada Senin, 30 Juni 2025. Beberapa faktor berkontribusi pada penguatan tersebut.
Faktor-faktor pendorong penguatan IHSG meliputi sentimen global yang positif, aksi window dressing di akhir kuartal II, rilis kebijakan deregulasi pemerintah, dan meredanya ketegangan geopolitik. Harapan pelonggaran kebijakan moneter dari bank sentral juga turut memberikan dampak positif.
Pemerintah sendiri telah mengumumkan paket deregulasi tahap I, yang mencakup relaksasi aturan impor dan kemudahan berusaha di bidang perdagangan. Tujuannya adalah untuk memperbaiki peringkat kemudahan usaha di Indonesia.
Dari sisi ekonomi makro, pasar menantikan rilis data neraca perdagangan Mei 2025. Data tersebut diproyeksikan surplus sebesar USD 2,53 miliar, meningkat signifikan dari surplus April 2025 yang hanya USD 0,15 miliar. Data ini akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai kinerja ekonomi Indonesia.
Secara keseluruhan, pergerakan IHSG mencerminkan kompleksitas pasar saham yang dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Meskipun mengalami penurunan pada Selasa, 1 Juli 2025, potensi pemulihan tetap ada, sebagaimana diindikasikan oleh analisis teknikal dan sentimen positif yang masih berlanjut. Perkembangan selanjutnya perlu dipantau secara cermat untuk melihat arah pergerakan IHSG ke depan.
