Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan pada perdagangan terakhir, ditutup anjlok 139,15 poin atau 1,96% ke level 6.968,64. Ini merupakan koreksi harian terdalam dalam lima bulan terakhir. Penurunan ini juga membawa IHSG kembali di bawah level psikologis 7.000, menembus support teknikal MA200. Berbagai faktor internal dan eksternal berkontribusi pada penurunan ini.
Sentimen negatif berasal dari kombinasi tekanan global dan kekhawatiran domestik. Kondisi ini membuat investor cenderung melakukan aksi jual.
Eskalasi Konflik Geopolitik Mempengaruhi Pasar Global
Eskalasi konflik Iran-Israel menjadi salah satu faktor utama penurunan IHSG. Laporan serangan rudal Iran ke rumah sakit militer di Israel meningkatkan ketegangan geopolitik.
Hal ini memicu lonjakan harga minyak dan emas. Kekhawatiran akan potensi stagflasi dan gangguan distribusi energi internasional pun meningkat.
Bursa-bursa Asia juga mengalami koreksi serempak. Hang Seng, misalnya, terkoreksi hampir 2%.
Dampaknya terasa hingga ke pasar Indonesia. Investor melakukan aksi jual besar-besaran, terutama pada saham-saham berkapitalisasi besar.
Ketidakjelasan Fiskal Mengancam Kepercayaan Investor
Selain faktor eksternal, sentimen domestik juga menekan pasar saham Indonesia. Pendapatan negara hingga Mei 2025 hanya mencapai 33,1% dari target APBN.
Kinerja ini bahkan lebih buruk dibandingkan periode pandemi. Hal ini memicu kecemasan akan potensi lonjakan defisit fiskal.
Program-program populis pemerintahan baru, seperti makan siang gratis dan subsidi, menjadi sorotan. Ketidakjelasan arah dan transparansi fiskal menimbulkan kekhawatiran.
Aksi jual terjadi pada sektor defensif seperti perbankan dan telekomunikasi. Saham-saham blue chip seperti BMRI, TPIA, TLKM, dan BBCA mengalami penurunan signifikan.
Dampak Penurunan Saham Blue Chip
Penurunan saham blue chip menunjukkan pergeseran rotasi sektor di tengah ketidakpastian. Minimnya transparansi fiskal membuat pelaku pasar mengantisipasi risiko krisis fiskal.
Analisis Teknikal dan Rekomendasi Investasi
Secara teknikal, IHSG tengah menguji support di area MA50 (6.935). Indikator stochastic menunjukkan kondisi oversold.
Potensi rebound bergantung pada stabilitas sentimen jangka pendek. Sentimen negatif yang terus berlanjut dapat menghambat pemulihan.
Jika support MA50 bertahan, rebound jangka pendek masih mungkin terjadi. Resistance terdekat berada di area 7.175–7.240.
Namun, jika tekanan jual berlanjut, IHSG berpotensi turun lebih dalam ke support berikutnya di 6.812. Level 6.935 menjadi titik krusial.
Area 6.935 menjadi penentu arah pasar jangka pendek. Outlook mingguan masih rentan volatilitas. Investor perlu waspada terhadap potensi *false breakout*.
Investor disarankan selektif dalam mengekspos portofolio. Hindari mengambil risiko berlebihan di tengah kondisi pasar yang tidak menentu.
Sektor Energi dan Komoditas Menjadi Pelarian Modal
Di tengah tekanan pasar, sektor energi dan komoditas justru menarik minat investor. Lonjakan harga minyak, gas, dan emas mendorong aliran modal ke sektor ini.
Saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) menjadi *top gainer* dengan kenaikan 6,59%. ENRG dinilai akan mendapat keuntungan dari lonjakan harga energi global.
Rekomendasi BUY diberikan untuk ENRG dengan target harga jangka menengah di Rp 400. Valuasi atraktif dan potensi ekspansi gas domestik menjadi pendukung.
Saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) juga menguat. MEDC diuntungkan oleh lonjakan harga minyak dan proyek LNG.
MBMA dianggap sebagai aset strategis dalam ekosistem kendaraan listrik. Saham AMMN, BYAN, DSSA, dan BNLI juga mengalami penguatan.
Investor disarankan untuk fokus pada sektor-sektor dengan katalis positif struktural. Sektor energi, logam dasar, dan emas diprediksi tetap menarik, terutama jika ketegangan geopolitik berlanjut.
Penurunan IHSG yang tajam ini mencerminkan kompleksitas tantangan ekonomi global dan domestik. Ketidakpastian geopolitik dan fiskal membutuhkan strategi investasi yang hati-hati dan selektif. Pemantauan ketat terhadap sentimen pasar dan analisis fundamental menjadi kunci bagi investor untuk melewati masa volatilitas ini.