Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan mengalami pelemahan terbatas pada perdagangan Kamis, 19 Juni 2025. Analisis dari beberapa lembaga menunjukkan potensi IHSG bergerak dalam rentang tertentu. Pergerakan ini perlu diperhatikan oleh para investor. Tekanan jual yang muncul sebelumnya telah menyebabkan IHSG berada di bawah moving average (MA) 20 harian.
Situasi ini menghadirkan peluang sekaligus tantangan bagi para investor. Memahami prediksi pergerakan IHSG dan rekomendasi saham menjadi kunci dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat.
Prediksi Pergerakan IHSG
Herditya Wicaksana dari PT MNC Sekuritas memprediksi IHSG akan menguji level 7.263-7.355 jika berhasil menembus level 7.240. Namun, skenario lain menunjukkan potensi koreksi hingga rentang 6.721-6.919.
IHSG diperkirakan akan bergerak di level support 7.079 dan 7.009. Level resistance-nya diprediksi berada di 7.240 dan 7.324.
PT Pilarmas Investindo Sekuritas juga memproyeksikan pelemahan terbatas pada IHSG. Mereka memperkirakan level support dan resistance IHSG berada di 7.040-7.240.
Rekomendasi Saham
PT Pilarmas Investindo Sekuritas merekomendasikan saham PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), PT Harum Energy Tbk (HRUM), dan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC). Ketiga saham ini dinilai memiliki potensi pertumbuhan yang baik.
Sementara itu, Herditya Wicaksana merekomendasikan saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Jafpa Comfeed Tbk (JPFA), PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB), dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM). Rekomendasi ini didasarkan pada analisis teknikal masing-masing saham.
Analisis Sentimen dan Risiko
Keputusan The Federal Reserve (The Fed) untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 4.25%-4.50% turut mempengaruhi pasar saham. Jerome Powell, Ketua The Fed, menyatakan bahwa The Fed akan menunggu dan mengamati perkembangan ekonomi sebelum melakukan penyesuaian kebijakan selanjutnya.
The Fed memproyeksikan pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah, inflasi yang lebih tinggi, dan peningkatan angka pengangguran pada tahun ini. Perbedaan pandangan di internal The Fed terkait pemangkasan suku bunga juga menambah ketidakpastian.
Kebijakan tarif yang diberlakukan pemerintah juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan. The Fed memperkirakan kebijakan ini akan membebani aktivitas ekonomi dan meningkatkan tekanan inflasi. Proyeksi inflasi untuk 2025 naik menjadi 3%, sementara pertumbuhan ekonomi menjadi 1,7% dan pengangguran mencapai 4,5%.
Tekanan dari Presiden Trump terhadap The Fed turut menambah kompleksitas situasi. Di satu sisi, tekanan inflasi membutuhkan langkah pengendalian. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi yang lemah memerlukan stimulus berupa pemangkasan suku bunga. Situasi ini menimbulkan dilema bagi The Fed dalam menentukan kebijakan moneter yang tepat.
Rekomendasi saham yang diberikan oleh para analis perlu dipertimbangkan dengan cermat. Penting untuk melakukan analisis sendiri dan memahami risiko sebelum melakukan investasi. Setiap keputusan investasi merupakan tanggung jawab pribadi investor. Pertimbangkan kondisi pasar secara menyeluruh sebelum mengambil keputusan.