Hari Tasyrik, tiga hari setelah Idul Adha, memiliki makna dan aturan ibadah khusus bagi umat Muslim. Tahun 2025, Hari Tasyrik jatuh pada 7, 8, dan 9 Juni. Memahami makna dan aturannya penting untuk menjalankan ibadah dengan benar.
Periode ini penuh dengan anjuran dan larangan ibadah yang bersumber dari ajaran Rasulullah SAW. Penting bagi umat muslim untuk mengetahui hal ini agar dapat menjalankan ibadah dengan tepat.
Memahami Makna Hari Tasyrik
Secara etimologi, “Tasyrik” berasal dari kata Arab شَرَّقَ (syarraqa), yang berarti menjemur atau menghadapkan ke arah sinar matahari.
Nama ini merujuk pada kebiasaan menjemur daging kurban agar tahan lama, sebelum dibagikan atau dikonsumsi.
Pada masa Rasulullah SAW, praktik ini umum dilakukan. Daging kurban yang telah dijemur kemudian dibagikan kepada masyarakat.
Selain itu, Hari Tasyrik juga merupakan waktu yang diperbolehkan untuk penyembelihan hewan kurban.
Bagi mereka yang belum berkurban pada Idul Adha (10 Dzulhijjah), masih ada kesempatan pada 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.
Larangan Berpuasa di Hari Tasyrik
Rasulullah SAW secara tegas melarang umat Muslim berpuasa pada Hari Tasyrik.
Larangan ini berkaitan dengan anjuran menikmati daging kurban dan memperbanyak dzikir.
Hadits riwayat Bukhari menjelaskan hal ini:
“Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, keduanya berkata: ‘Tidak diperkenankan untuk berpuasa pada hari Tasyrik kecuali bagi siapa yang tidak mendapatkan hewan kurban ketika menunaikan haji.’” (HR. Bukhari, no. 1859)
Hadits ini menjelaskan pengecualian bagi mereka yang tidak mendapatkan hewan kurban saat haji.
Hari Tasyrik juga disebut sebagai hari untuk makan dan minum.
Rasulullah SAW menganjurkan untuk menikmati hidangan dan bersyukur kepada Allah SWT.
Amalan Sunnah di Hari Tasyrik
Meskipun terdapat larangan berpuasa, Hari Tasyrik tetap dianjurkan untuk diisi dengan amalan sunnah lainnya.
Salah satunya adalah memperbanyak dzikir dan doa kepada Allah SWT.
Bertakbir, tahmid, dan tahlil juga dianjurkan untuk dilakukan.
Mendoakan kebaikan untuk diri sendiri dan sesama juga termasuk amalan yang baik.
Menikmati hidangan daging kurban dan berbagi dengan sesama juga termasuk amalan yang dianjurkan.
Intinya, Hari Tasyrik adalah waktu untuk bersyukur dan mempererat silaturahmi.
Melakukan amal kebaikan dan memperbanyak ibadah sunnah lainnya juga dianjurkan.
Dengan memahami makna dan aturan ibadah di Hari Tasyrik, diharapkan umat Muslim dapat menjalankan ibadah dengan lebih khusyuk dan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Semoga informasi ini bermanfaat dan dapat menjadi panduan dalam menjalankan ibadah di Hari Tasyrik.