Harga emas dunia mengawali perdagangan Senin, 9 Juni 2025, dengan pergerakan yang cenderung datar di kisaran USD 3.310 selama sesi Asia. Meskipun pekan lalu ditutup dengan lonjakan lebih dari 1,30%, penguatan Dolar AS dan ekspektasi suku bunga The Fed yang stabil menghambat laju kenaikan harga emas. Tren bearish masih membayangi logam mulia ini setelah dua hari penurunan berturut-turut.
Laporan ketenagakerjaan AS yang lebih kuat dari perkiraan menjadi pemicu utama penurunan tersebut. Hal ini memberikan sentimen positif bagi pasar dan berdampak pada harga emas.
Analisis Harga Emas: Tekanan Bearish dan Potensi Rebound
Analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, menjelaskan bahwa tren bearish masih mendominasi harga emas. Hal ini terlihat dari kombinasi grafik candlestick dan indikator Moving Average. Harga emas saat ini berada di bawah rata-rata pergerakan penting dan gagal mencapai titik tertinggi baru dalam beberapa sesi terakhir.
Jika tekanan jual berlanjut, harga emas berpotensi turun hingga ke level USD 3.276. Namun, peluang rebound tetap ada. Jika harga mampu menembus resistensi terdekat di sekitar USD 3.319, maka potensi kenaikan harga kembali terbuka.
Faktor Fundamental yang Mempengaruhi Harga Emas
Data Nonfarm Payrolls (NFP) yang dirilis pada Jumat, 6 Juni 2025, menunjukkan penambahan 139.000 lapangan kerja pada Mei, melampaui ekspektasi pasar sebesar 130.000. Angka ini, meskipun sedikit lebih rendah dari revisi April (147.000), tetap dianggap positif oleh pasar.
Tingkat pengangguran yang stabil di 4,2% dan pendapatan rata-rata per jam yang bertahan di 3,9%, keduanya di atas proyeksi analis, semakin memperkuat Dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah. Kondisi ini memberi tekanan pada harga emas sebagai aset safe haven.
Perundingan perdagangan antara AS dan Tiongkok yang diisyaratkan akan dilanjutkan di London minggu ini juga perlu diperhatikan. Ketidakpastian kebijakan tarif AS berpotensi meningkatkan volatilitas pasar dan kembali mendorong permintaan emas sebagai aset aman. Sejarah menunjukkan korelasi positif antara ketegangan dagang AS-Tiongkok dan peningkatan permintaan emas.
Perseteruan Politik dan Kebijakan Moneter The Fed
Perseteruan politik dalam negeri AS, khususnya antara Presiden Trump dan Elon Musk, juga turut mempengaruhi sentimen pasar. Ketidakpastian fiskal pasca persetujuan peningkatan batas utang oleh DPR AS dapat membuat investor lebih berhati-hati dan mengalihkan dana ke aset lindung nilai seperti emas.
Namun, ekspektasi terhadap kebijakan moneter The Fed mulai bergeser. Data NFP yang solid mengurangi kemungkinan penurunan suku bunga dalam waktu dekat. Probabilitas The Fed mempertahankan suku bunga acuan stabil dalam dua pertemuan kebijakan berikutnya cukup tinggi. Hal ini memperkuat Dolar AS dan menjadi kendala utama bagi kenaikan harga emas.
Kesimpulannya, harga emas saat ini berada dalam situasi yang cukup kompleks. Tekanan bearish masih ada, terutama dari penguatan Dolar AS dan ekspektasi suku bunga The Fed yang stabil. Namun, faktor fundamental seperti perundingan perdagangan AS-Tiongkok dan ketidakpastian politik domestik AS tetap berpotensi memicu volatilitas dan meningkatkan permintaan emas. Pergerakan harga emas ke depannya akan sangat bergantung pada bagaimana dinamika ini berkembang. Pemantauan ketat terhadap data ekonomi dan perkembangan geopolitik sangat penting bagi para investor.