Aktivis lingkungan terkemuka Greta Thunberg mengklaim dirinya diculik oleh pasukan Israel selama misi bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Pernyataan tersebut disampaikan melalui video yang diunggah pada Senin lalu, memicu reaksi internasional dan tuntutan pembebasan dirinya serta para relawan lainnya.
Insiden ini terjadi di perairan internasional, ketika kapal pesiar Madleen yang membawa Thunberg dan sejumlah aktivis pro-Palestina menuju Gaza dihadang. Kejadian ini menimbulkan ketegangan baru di tengah konflik yang berkepanjangan antara Israel dan Palestina.
Penculikan di Perairan Internasional dan Seruan Pembebasan
Dalam video yang dirilis oleh Freedom Flotilla Coalition, Thunberg secara langsung menyatakan penculikan tersebut. Ia mendesak pemerintah Swedia untuk segera mengambil langkah guna membebaskannya dan para relawan lainnya. Pernyataan tersebut telah meningkatkan tekanan internasional terhadap Israel.
Sebelumnya, terputusnya komunikasi dengan kapal Madleen telah memicu kekhawatiran. Laporan awal dari Reuters mengkonfirmasi naiknya pasukan Israel ke kapal tersebut.
Tuntutan pembebasan Thunberg dan para aktivis lainnya mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron yang juga mendesak pembebasan warga negaranya yang ikut dalam misi kemanusiaan tersebut.
Tanggapan Israel dan Tuduhan Provokasi Media
Pihak berwenang Israel membenarkan tindakan mereka dengan menyatakan kapal Madleen menuju perairan Israel. Mereka meminta seluruh penumpang untuk kembali ke negara asal masing-masing.
Israel juga menuduh Thunberg dan para aktivis melakukan “provokasi media”. Meskipun demikian, mereka memastikan bantuan kemanusiaan di dalam kapal akan tetap dikirim ke Gaza melalui jalur resmi.
Pernyataan Israel ini menimbulkan kontroversi. Banyak pihak mempertanyakan legitimasi tindakan Israel dalam mencegat kapal di perairan internasional dan menahan para aktivis tanpa proses hukum yang jelas.
Misi Kemanusiaan atau Provokasi Politik?
Para relawan di kapal Madleen mengklaim misi mereka murni kemanusiaan. Mereka bermaksud mengirimkan bantuan kepada warga Gaza yang tengah menghadapi krisis kemanusiaan berkepanjangan.
Namun, Israel memandang aksi tersebut sebagai upaya untuk memicu reaksi publik internasional dan meningkatkan sentimen anti-Israel. Konflik ini semakin kompleks karena terdapat perbedaan persepsi tentang motif di balik misi kemanusiaan tersebut.
Kapal Madleen, yang berbendera Inggris, berlayar dari Mesir dengan membawa sekitar sepuluh relawan pro-Palestina selain Greta Thunberg. Keberadaan aktivis internasional ternama seperti Thunberg semakin memperbesar perhatian dunia pada insiden ini.
Situasi ini menyoroti kompleksitas konflik Israel-Palestina dan kerentanan para aktivis yang berupaya menyampaikan bantuan kemanusiaan di tengah konflik tersebut. Kejadian ini memunculkan pertanyaan penting mengenai hak-hak asasi manusia dan kebebasan bernavigasi di perairan internasional.
Kejadian penahanan Greta Thunberg dan para aktivis di kapal Madleen telah menimbulkan gelombang reaksi global. Peristiwa ini menjadi sorotan penting yang menyoroti konflik Israel-Palestina dan tantangan dalam menyampaikan bantuan kemanusiaan di tengah ketegangan politik. Bagaimana penyelesaian kasus ini akan berdampak pada hubungan internasional dan upaya penyelesaian konflik di Gaza masih menjadi pertanyaan yang menanti jawaban.