Ghosting, atau menghilang tanpa kabar dalam suatu hubungan, seringkali dianggap sebagai tindakan yang menyakitkan. Namun, beberapa ahli berpendapat bahwa dalam situasi tertentu, ghosting dapat dibenarkan sebagai bentuk perlindungan diri atau tindakan yang tepat. Artikel ini akan membahas enam kondisi di mana ghosting dianggap dapat diterima.
Melindungi Diri Sendiri dari Bahaya
Ghosting dapat menjadi pilihan terbaik untuk melindungi diri dari situasi berbahaya, baik fisik maupun emosional. Jika keselamatan Anda terancam, tindakan cepat lebih diutamakan daripada percakapan atau perpisahan yang panjang.
Psikolog Dr. Patricia Dixon menekankan pentingnya memprioritaskan keselamatan diri dalam situasi yang mengancam. Tindakan menghilang, dalam konteks ini, bukanlah tindakan yang buruk, melainkan cara untuk menyelamatkan diri.
Menjaga Kesehatan Mental
Ghosting bisa menjadi mekanisme pertahanan diri untuk melindungi kesehatan mental. Hal ini terutama berlaku jika Anda berurusan dengan individu yang secara konsisten menyebarkan energi negatif, seperti kritik berlebihan, manipulasi, atau tuntutan emosional yang tak tertahankan.
Dr. Stephanie Carinia menjelaskan bahwa ghosting dapat membantu menjaga batasan pribadi dan kesehatan mental, terutama jika komunikasi sebelumnya tidak membuahkan hasil positif. Menghindari interaksi yang merusak dapat menjadi langkah penting bagi pemulihan.
Menangani Perilaku yang Tidak Menghormati
Terkadang, seseorang mungkin terus menerus melewati batas atau bersikap kasar, meskipun sudah diberi tahu. Jika upaya komunikasi untuk memperbaiki situasi tidak membuahkan hasil, meninggalkan hubungan tanpa penjelasan bisa menjadi pilihan terbaik.
Dr. Dixon menambahkan bahwa dalam beberapa kasus, kata-kata tidak cukup efektif. Diam, dalam konteks ini, menjadi cara untuk melindungi diri dari konflik yang berpotensi lebih besar dan menjaga kedamaian batin.
Menolak Perilaku Mengejar dan Menguntit
Setelah menolak seseorang dengan baik-baik, tetap dihubungi secara terus-menerus atau bahkan dikuntit dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan takut. Ghosting dapat menjadi cara untuk menegakkan batasan yang jelas.
Dr. Carinia menyatakan bahwa ketika reaksi pihak lain tidak menghormati keputusan kita, ghosting bisa menjadi cara yang tegas untuk menunjukkan batasan tersebut. Hal ini penting untuk melindungi diri dari pelecehan lebih lanjut.
Situasi Kekerasan atau Ancaman
Dalam hubungan yang penuh intimidasi, kekerasan, atau ancaman, ghosting bisa menjadi mekanisme pertahanan yang penting. Bahkan, sekadar mengirim pesan pun dapat memicu reaksi berbahaya.
Menghilang tanpa kabar dan mencari bantuan dari orang terdekat atau profesional adalah tindakan yang bijak untuk mencegah kontak lebih lanjut dan memastikan keselamatan diri. Dr. Carinia menekankan bahwa jika seseorang merasa takut untuk berkomunikasi, ghosting bisa menjadi cara untuk menyelamatkan diri dari potensi kekerasan.
Menghindari Gangguan dan Pelecehan
Jika seseorang terus menghubungi Anda setelah hubungan berakhir, atau muncul tanpa diundang, ghosting bisa menjadi cara untuk menjaga jarak dan menghentikan interaksi yang tidak diinginkan.
Dr. Dixon menjelaskan bahwa dalam situasi seperti ini, ghosting merupakan bentuk komunikasi yang diam namun jelas. Ini merupakan pesan yang tegas bahwa Anda tidak ingin lagi berinteraksi dengan orang tersebut. Prioritasnya adalah menjaga keamanan dan kenyamanan diri.
Ghosting, meskipun seringkali dianggap negatif, memiliki beberapa konteks yang memungkinkan tindakan tersebut dapat dibenarkan. Penting untuk diingat bahwa keselamatan dan kesehatan mental selalu menjadi prioritas utama. Dalam situasi yang penuh ancaman atau perilaku tidak menghormati, ghosting dapat menjadi pilihan yang tepat untuk melindungi diri. Namun, penting juga untuk mempertimbangkan dampak ghosting pada orang lain dan memilih cara terbaik untuk berkomunikasi dalam situasi yang tidak berbahaya.