Menghubungi seseorang yang melakukan ghosting umumnya tidak disarankan. Namun, ada beberapa situasi di mana mengirim pesan bisa dipertimbangkan, bukan untuk memohon balikan, melainkan untuk penutupan emosional atau klarifikasi.
Keputusan untuk menghubungi pelaku ghosting harus dipertimbangkan dengan matang. Tindakan ini lebih fokus pada penyelesaian emosi Anda sendiri dan bukan pada harapan perubahan perilaku dari pihak pelaku.
Kapan Tepat Mengirim Pesan kepada Pelaku Ghosting?
Meskipun menghubungi pelaku ghosting bukan tindakan yang selalu tepat, ada beberapa kondisi yang bisa dipertimbangkan. Pertimbangkan baik-baik konteks dan tujuan Anda sebelum mengirim pesan.
Ingat, tujuan utama bukan untuk memaksa respons atau balasan, tetapi untuk mencapai penutupan dan kedamaian batin Anda sendiri.
Situasi yang Memungkinkan untuk Mengirim Pesan
1. Hubungan yang Baik-Baik Saja Tiba-tiba Putus
Jika hubungan Anda berjalan lancar dan komunikasi baik, lalu tiba-tiba diputus tanpa penjelasan, Anda bisa mempertimbangkan untuk mengirim pesan.
Pesan tersebut hendaknya singkat, tenang, dan sopan. Tujuannya bukanlah memohon agar mereka kembali, tetapi untuk mengekspresikan perasaan Anda dan menunjukkan kedewasaan emosional.
Amy North, pelatih kencan daring, menyarankan pesan yang menyampaikan perasaan Anda dengan tenang dan dewasa. Ini membantu proses penyembuhan Anda tanpa memohon.
2. Setelah Lebih dari Empat Kali Pertemuan
Pakar hubungan Ruby Payne berpendapat, setelah empat kali atau lebih bertemu, Anda berhak atas penjelasan.
Jika seseorang menghilang setelah beberapa kali kencan, Anda bisa meminta klarifikasi. Namun, hindari emosi negatif dalam pesan Anda.
Sampaikan keinginan Anda untuk mengerti situasinya dengan cara yang asertif dan tenang. Hindari menyalahkan atau menyerang mereka.
3. Ketika Janji Kencan Dibatalkan atau Diabaikan
Dibatalkan atau diabaikan saat Anda sudah bersiap untuk bertemu adalah bentuk ghosting yang sangat menyakitkan.
Anda berhak untuk mengekspresikan rasa kecewa Anda, tetapi tetap jaga nada komunikasi yang tenang dan dewasa.
Amy North menyarankan untuk menyampaikan kekecewaan Anda, tetapi bukan untuk menyerang. Fokus pada harapan akan kejujuran di masa depan.
4. Untuk Menyampaikan Perasaan yang Terpendam
John De Oca, pelatih hubungan dan praktisi kesehatan, menekankan pentingnya niat di balik pesan.
Jangan mengirim pesan dengan harapan mendapatkan balasan. Jika tujuan Anda hanya untuk mendapatkan reaksi, lebih baik urungkan niat tersebut.
Namun, jika tujuan Anda adalah untuk menyampaikan perasaan yang terpendam demi ketenangan batin, itu bisa menjadi langkah yang sehat untuk penutupan.
5. Untuk Menghentikan Pola Ghosting Berulang
Meskipun tidak selalu berhasil, mengirim pesan yang sopan bisa membantu seseorang menyadari perilaku buruknya.
Lakukan ini bukan untuk diri Anda sendiri, tetapi untuk orang lain yang mungkin akan mereka kencani di masa depan. Ini dapat membantu mereka mengubah kebiasaan tersebut.
Namun, jangan berharap permintaan maaf atau perubahan besar. Yang penting adalah Anda telah berusaha untuk berkomunikasi dengan bijak.
Kesimpulannya, menghubungi pelaku ghosting sebaiknya dilakukan dengan bijak dan terukur. Pertimbangkan situasi, niat Anda, dan pilih kata-kata yang tepat agar Anda dapat mencapai penutupan emosi dengan tenang dan dewasa. Prioritaskan kesejahteraan emosi Anda sendiri dalam proses ini.