Gempa bumi berkekuatan 5,0 magnitudo mengguncang Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, pada Senin, 9 Juni 2024, pukul 23.55 WIB. Gempa yang berpusat di laut ini terasa hingga beberapa wilayah di sekitarnya, memicu kekhawatiran dan pertanyaan seputar penyebab dan dampaknya.
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) langsung melakukan analisis untuk memahami karakteristik gempa tersebut dan potensi dampaknya terhadap lingkungan dan penduduk. Hasil analisis memberikan gambaran detail mengenai penyebab gempa dan kondisi geologi wilayah yang terdampak.
Analisis Gempa Pangandaran: Sesar Naik dan Subduksi Lempeng
Badan Geologi mengidentifikasi gempa Pangandaran sebagai gempa bumi antar-lempeng. Ini terjadi akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia terhadap Lempeng Eurasia di selatan Jawa.
Lebih spesifik, mekanisme gempa menunjukkan pola sesar naik (thrust fault) dengan komponen oblique mengiri berarah Barat Laut – Tenggara. Ini menjelaskan mengapa guncangan terasa cukup signifikan di beberapa wilayah.
Kondisi Geologi dan Kerentanan Gempa di Pangandaran
Wilayah sekitar pusat gempa memiliki morfologi beragam, mulai dari dataran, perbukitan, hingga pegunungan terjal. Kondisi geologi ini berpengaruh terhadap intensitas guncangan yang dirasakan.
Kepala Badan Geologi, M Wafid, menjelaskan bahwa sebagian batuan di daerah tersebut telah mengalami pelapukan. Adanya endapan kuarter dan batuan lapuk yang bersifat urai, lepas, lunak, dan belum kompak memperkuat efek guncangan dan meningkatkan kerentanan terhadap gempa bumi.
Wilayah ini didominasi oleh tanah lunak, tanah sedang, dan tanah keras. Komposisi tanah ini terdiri dari batuan sedimen tersier, endapan kuarter, dan sebagian batuan pra-tersier. Kombinasi jenis tanah dan batuan ini berpengaruh terhadap penyebaran dan intensitas guncangan gempa.
Dampak Gempa dan Kesimpulan
Beruntung, hingga Selasa pagi pukul 06.30 WIB, tidak ada laporan kerusakan bangunan maupun korban jiwa akibat gempa ini. BMKG melaporkan gempa dirasakan dengan intensitas III MMI di Pangandaran dan II-III MMI di Cilacap, Banyumas, Kebumen, Tasikmalaya, dan Garut.
Gempa ini juga tidak berpotensi menimbulkan tsunami, meredakan kekhawatiran akan dampak lebih luas. Namun, penting untuk tetap waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi gempa bumi di masa mendatang.
Analisis Badan Geologi memberikan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai gempa Pangandaran. Pemahaman ini penting untuk pengembangan strategi mitigasi bencana dan pembangunan infrastruktur yang tahan gempa di daerah rawan gempa seperti Pangandaran dan sekitarnya.
Kejadian ini menjadi pengingat akan pentingnya kesiapan menghadapi bencana alam. Pengetahuan tentang kondisi geologi lokal dan langkah-langkah mitigasi bencana dapat mengurangi risiko dan dampak negatif yang mungkin terjadi.