Komisi X DPR RI berencana memanggil Menteri Kebudayaan Fadli Zon untuk rapat kerja. Pemanggilan ini terkait kontroversi pernyataan Fadli Zon mengenai tragedi pemerkosaan Mei 1998. Pernyataan tersebut menuai kecaman publik dan menjadi sorotan.
DPR masih dalam masa sidang yang akan berakhir pada 23 Juni 2025. Wakil Ketua Komisi X, Lalu Hadrian, menyatakan rencana pemanggilan tersebut setelah masa reses.
Kontroversi Pernyataan Fadli Zon
Fadli Zon menuai kritik tajam lantaran pernyataannya dalam wawancara dengan media IDN Times. Ia menyatakan tidak ada bukti yang mendukung terjadinya tragedi pemerkosaan Mei 1998.
Pernyataan ini langsung memicu reaksi keras dari berbagai pihak. Banyak yang menganggap pernyataan tersebut menghilangkan fakta sejarah yang menyakitkan dan telah diakui secara luas.
Tanggapan Komisi X DPR RI
Komisi X DPR RI menanggapi serius kontroversi ini. Mereka menegaskan bahwa tragedi kemanusiaan berupa pemerkosaan massal pada Mei 1998 bukanlah rahasia umum lagi.
Data mengenai peristiwa tersebut telah terdokumentasi dengan baik oleh berbagai lembaga, termasuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) dan Komnas Perempuan. Komisi X berharap fakta sejarah ini tidak diabaikan.
Lalu Hadrian menekankan pentingnya mengakui dan tidak menutup-nutupi peristiwa tersebut. Ia mengajak semua pihak untuk mengecek data yang tersedia dan menghargai fakta sejarah.
Klarifikasi Fadli Zon dan Langkah Selanjutnya
Fadli Zon telah memberikan klarifikasi atas pernyataannya. Ia menyatakan mengutuk segala bentuk kekerasan seksual terhadap perempuan.
Namun, ia mengungkapkan laporan TGPF kala itu dinilai kurang memiliki data pendukung yang kuat. Ia meragukan validitas data tanpa nama, waktu, tempat, dan pelaku yang jelas.
Komisi X DPR RI akan memanggil Fadli Zon untuk rapat kerja guna membahas lebih lanjut kontroversi ini. Pemanggilan direncanakan setelah masa reses DPR berakhir.
Rapat kerja tersebut diharapkan dapat memberikan klarifikasi lebih lanjut dan membahas bagaimana menjaga agar fakta sejarah peristiwa kekerasan seksual Mei 1998 tidak terlupakan.
Peristiwa ini menjadi pengingat pentingnya menjaga keakuratan informasi sejarah, khususnya terkait peristiwa-peristiwa traumatis yang telah terjadi di masa lalu. Hal ini sangat penting untuk proses penyembuhan dan rekonsiliasi bangsa.
Dengan pemanggilan ini, diharapkan dapat tercipta ruang dialog yang konstruktif untuk memahami berbagai perspektif dan memastikan sejarah yang akurat dan bertanggung jawab disampaikan kepada generasi mendatang.