Saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) menunjukkan kinerja positif pada perdagangan Selasa, 17 Juni 2025. Harga saham BRMS ditutup naik 0,88 persen, mencapai Rp 458 per saham. Meskipun sempat dibuka melemah di Rp 448 per saham dari penutupan sebelumnya Rp 454, saham BRMS akhirnya berhasil berbalik arah dan mencatatkan kenaikan.
Pergerakan harga saham BRMS sepanjang hari perdagangan cukup dinamis. Saham ini mencapai titik tertinggi Rp 466 dan terendah Rp 432 per saham. Total frekuensi perdagangan mencapai 60.344 kali dengan volume perdagangan 19.663.688 saham. Nilai transaksi yang tercatat cukup signifikan, yaitu Rp 883,5 miliar.
Prospek Saham BRMS: Rekomendasi “Buy” dan Target Harga Rp 750
Analis Sucor Sekuritas, Andreas Yordan Tarigan, memberikan rekomendasi “Buy” untuk saham BRMS. Rekomendasi ini didasarkan pada prospek pertumbuhan produksi emas yang dinilai sangat menjanjikan dan valuasi saham yang menarik.
Andreas menaikkan target harga (TP) saham BRMS menjadi Rp 750 per saham. Kenaikan TP ini mencerminkan keyakinannya terhadap kemampuan BRMS dalam mengeksploitasi cadangan emas yang besar dan menjalankan rencana ekspansi.
Citra Palu Minerals (CPM): Katalis Pertumbuhan BRMS
Anak perusahaan BRMS, Citra Palu Minerals (CPM), menjadi kunci strategi pertumbuhan perusahaan. CPM, yang memiliki tambang emas utama, diproyeksikan akan meningkatkan produksi emas secara signifikan.
Produksi emas CPM ditargetkan meningkat tiga kali lipat, dari 65.000 ons pada 2024 menjadi 183.000 ons pada 2029. Peningkatan ini akan dicapai melalui pengoperasian tambang bawah tanah River Reef.
Tambang Bawah Tanah River Reef
Tambang bawah tanah River Reef memiliki kadar emas rata-rata 4,3 gram/ton (g/t), jauh lebih tinggi daripada tambang terbuka sebelumnya (1,6 g/t). Fasilitas pengolahan yang sudah ada mampu mendukung peningkatan produksi ini, sehingga tidak memerlukan investasi tambahan untuk pembangunan pabrik baru.
Investasi yang dibutuhkan untuk pengembangan tambang bawah tanah River Reef diperkirakan sekitar US$ 240 juta selama lima tahun ke depan. Dengan kondisi keuangan BRMS yang sehat, investasi ini dinilai masih dapat dikelola dengan baik.
Gorontalo Minerals (GM): Sumber Pertumbuhan Baru
BRMS juga tengah mengembangkan potensi tambang Gorontalo Minerals (GM) sebagai sumber pertumbuhan masa depan. GM memiliki cadangan emas dan tembaga yang signifikan.
Saat ini, BRMS sedang membangun fasilitas pengolahan metode heap leach berkapasitas 1.000 ton per hari (tpd) di GM. Fasilitas ini ditargetkan beroperasi pada 2026 dan akan diperluas hingga 2.000 tpd pada 2028.
Proyeksi Produksi GM
Produksi emas di GM diperkirakan mencapai 1.600 ons pada 2026 dan meningkat tajam menjadi 14.000 ons pada 2028. Tambang GM sendiri memiliki cadangan besar mencapai 105,4 juta ton, dengan rata-rata kadar 0,33 g/t emas dan 0,7 persen tembaga.
Ekspansi di GM dirancang secara modular untuk meminimalkan risiko teknis dan finansial. Hal ini akan mendukung pertumbuhan produksi BRMS jangka panjang secara berkelanjutan.
Laba BRMS Berpotensi Melonjak, Didorong Kenaikan Harga Emas
BRMS diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan produksi yang signifikan dalam beberapa tahun mendatang. Dengan estimasi produksi 190.000 ons emas pada 2028, BRMS berpotensi menjadi penambang emas terbesar ketiga di Indonesia.
Pertumbuhan produksi yang diperkirakan mencapai CAGR 30 persen (2024-2028) akan mendorong pertumbuhan laba bersih hingga CAGR 88 persen dalam periode yang sama. Proyeksi ini belum memperhitungkan kontribusi dari aset strategis lain.
Skenario Optimistis
Dalam skenario optimistis dengan harga emas mencapai US$ 5.000 per ons pada 2028, potensi kenaikan laba bahkan bisa mencapai CAGR 100 persen. Nilai wajar saham BRMS pun diperkirakan akan meningkat hingga Rp 900 per saham.
Perlu diingat bahwa setiap keputusan investasi merupakan tanggung jawab masing-masing individu. Lakukan riset dan analisis yang menyeluruh sebelum melakukan transaksi jual beli saham.
Kesimpulannya, prospek BRMS tampak cerah berkat potensi produksi emas yang besar dari CPM dan GM, serta potensi kenaikan harga emas global. Namun, investor tetap perlu mempertimbangkan risiko investasi sebelum mengambil keputusan.