Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) secara tegas membantah kabar keterlibatan mereka dalam potensi akuisisi GoTo oleh Grab. Bantahan ini muncul sebagai respons atas laporan yang beredar luas mengenai partisipasi Danantara dalam kesepakatan tersebut. Informasi tersebut telah menimbulkan spekulasi di pasar finansial.
Pihak Danantara menekankan bahwa mereka selalu terbuka terhadap peluang investasi. Namun, setiap peluang akan dievaluasi secara cermat dan selektif.
Bantahan Resmi Danantara Terkait Akuisisi GoTo
Direktur Pengelolaan Investasi Danantara, Stefanus Ade Hadiwidjaja, menyampaikan pernyataan resmi terkait isu tersebut. Ia menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada rencana keterlibatan Danantara dalam akuisisi GoTo oleh Grab.
Setiap keputusan investasi yang diambil Danantara, lanjut Stefanus, selalu didasarkan pada kajian yang menyeluruh. Hal ini meliputi prinsip manajemen risiko yang ketat dan pertimbangan potensi imbal hasil yang berkelanjutan bagi negara.
Proses evaluasi investasi di Danantara sangat teliti dan detail. Pertimbangan risiko dilakukan secara mendalam untuk memastikan manfaat jangka panjang bagi perekonomian Indonesia.
Analisis Pasar dan Spekulasi Akuisisi
Laporan dari Bloomberg pada 6 Juni 2025 sebelumnya menyebutkan bahwa Danantara sedang menjajaki kemungkinan berpartisipasi dalam akuisisi GoTo oleh Grab Holdings Ltd senilai 7 miliar dolar AS. Berita ini langsung memicu berbagai spekulasi di pasar.
Spekulasi ini berpusat pada potensi pemerintah Indonesia untuk memiliki kepemilikan di salah satu perusahaan teknologi terbesar di Asia Tenggara. Kepemilikan tersebut diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia dalam ekonomi digital.
Kehadiran Danantara dalam kesepakatan, jika benar terjadi, berpotensi meningkatkan kemungkinan persetujuan dari pemerintah Indonesia. Hal ini dikarenakan Danantara merupakan lembaga investasi milik negara.
Dampak Potensi Akuisisi GoTo dan Peran Danantara
Potensi akuisisi GoTo oleh Grab berdampak luas pada lanskap ekonomi digital Indonesia. Ini meliputi persaingan antar perusahaan teknologi dan posisi Indonesia dalam pasar global.
Peran Danantara dalam skenario ini, meskipun saat ini dibantah, tetap menjadi sorotan utama. Ini menimbulkan pertanyaan tentang strategi investasi jangka panjang pemerintah Indonesia di sektor teknologi.
Partisipasi Danantara, jika terjadi, berpotensi memberikan pengaruh signifikan pada kesepakatan. Hal ini karena Danantara memiliki akses ke sumber daya dan jaringan yang luas.
Pemerintah Indonesia, melalui Danantara, berpotensi berperan dalam membentuk masa depan industri teknologi di negara ini. Investasi yang tepat sasaran dapat memicu pertumbuhan dan inovasi yang lebih besar.
Kesimpulannya, meskipun Danantara telah secara tegas membantah keterlibatannya dalam akuisisi GoTo, isu ini tetap menjadi pembahasan hangat di pasar. Kejelasan dan transparansi dalam proses pengambilan keputusan investasi oleh Danantara sangat penting untuk menjaga kepercayaan publik. Ke depan, publik perlu menunggu perkembangan lebih lanjut terkait rencana akuisisi GoTo dan potensi peran pemerintah Indonesia di dalamnya.