Tragedi mengguncang dunia penerbangan pada Kamis, 12 Juni 2025. Sebuah pesawat Boeing 787-8 Dreamliner milik Air India jatuh tak lama setelah lepas landas dari Bandara Ahmedabad, India. Insiden ini menandai kecelakaan fatal pertama bagi pesawat yang selama ini dikenal dengan efisiensi bahan bakar dan kapasitasnya hingga 330 penumpang.
Pesawat canggih ini, bagian dari armada terbaru Air India, merupakan salah satu dari lebih dari 889 unit Boeing 787 Dreamliner yang masih menunggu pengiriman. Kejadian ini mengejutkan industri penerbangan global, mengingat reputasi Boeing 787 yang sejauh ini mumpuni.
Boeing 787 Dreamliner: Jejak Penerbangan dan Inovasi
Boeing 787 Dreamliner pertama kali mengudara pada Oktober 2011, dioperasikan oleh All Nippon Airways. Sejak itu, pesawat ini menjadi andalan lebih dari 80 maskapai di seluruh dunia.
Lebih dari 2.500 unit telah dipesan, membuktikan popularitasnya di pasar penerbangan internasional. Desainnya yang inovatif, dengan penggunaan material komposit hingga 50 persen dari total berat badan pesawat, mengurangi konsumsi bahan bakar hingga 20 persen dibandingkan pendahulunya.
Kemampuan terbang jarak jauh tanpa bergantung pada sistem “hub” membuka lebih dari 180 rute “point-to-point”, meningkatkan efisiensi dan jangkauan operasional.
Varian dan Spesifikasi Boeing 787 Dreamliner
Boeing 787 Dreamliner hadir dalam tiga varian: 787-8, 787-9, dan 787-10.
Varian 787-8, yang mengalami kecelakaan di Ahmedabad, mampu mengangkut hingga 248 penumpang dengan jangkauan hingga 13.530 kilometer.
Varian 787-9 memiliki kapasitas hingga 296 penumpang dan jangkauan 14.010 kilometer.
Sementara varian terbesar, 787-10, dapat menampung 330 penumpang dengan jangkauan 11.910 kilometer.
Pesawat Air India yang jatuh merupakan varian 787-8, membawa 242 penumpang dan awak menuju London.
Investigasi Kecelakaan dan Tantangan Boeing 787
Boeing telah menyatakan tengah memantau situasi dan mengumpulkan informasi terkait kecelakaan tersebut. Ini merupakan insiden fatal pertama yang melibatkan pesawat jenis ini.
Meskipun dikenal canggih, Boeing 787 sempat menghadapi tantangan produksi. Penundaan pengiriman signifikan terjadi antara tahun 2021 hingga 2023 akibat masalah perakitan dan kualitas manufaktur.
Sebagai respons, Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) meningkatkan pengawasan kualitas produksi. Pada April 2025, FAA mengizinkan peningkatan produksi menjadi tujuh unit per bulan.
Namun, Boeing juga menghadapi kendala penjualan, terutama pada Mei 2025, saat perusahaan gagal mengirimkan pesawat ke China akibat ketegangan perdagangan antara AS dan China.
Kecelakaan Air India ini tentu akan memicu penyelidikan menyeluruh untuk mengungkap penyebab pasti kejadian tersebut. Kesimpulan dari investigasi ini akan sangat krusial bagi masa depan Boeing 787 dan industri penerbangan global secara keseluruhan. Peristiwa ini juga mengingatkan betapa pentingnya keselamatan penerbangan dan perlunya peningkatan standar kualitas dan pengawasan yang ketat.