Bencana longsor di Desa Pajambon, Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, telah menimbulkan kontroversi besar. Longsor yang terjadi di kawasan wisata alam Lembah Cilengkrang ini tak hanya mengakibatkan kerusakan lingkungan dan kerugian materiil, tetapi juga memicu perdebatan sengit di dunia maya. Tuduhan terhadap pembangunan objek wisata Joglo Arunika sebagai penyebab utama longsor pun merebak luas. Nama Anggota DPR RI, H. Rokhmat Ardiyan, selaku pemilik Joglo Arunika, turut terseret dalam pusaran kontroversi ini.
Bantahan BTNGC dan Tuntutan Kajian Akademis
Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) pada 16 Mei 2025 mengeluarkan pernyataan resmi yang membantah keterkaitan pembangunan Joglo Arunika dengan bencana longsor Cilengkrang. Namun, pernyataan tersebut tidak mampu meredam gelombang kritik.
Boy Sandy Kertanegara dari Aktivis Merah Putih Institute menekankan perlunya kajian akademis yang melibatkan ahli lingkungan untuk memastikan penyebab longsor. Beliau menyatakan bahwa rumor yang beredar tidak cukup untuk menjadi dasar kesimpulan.
Ia menambahkan bahwa ketidakstabilan lahan di wilayah atas seringkali memicu bencana di wilayah bawah. Kondisi ini mirip dengan kasus Puncak Bogor yang sempat ditutup oleh Gubernur Jawa Barat.
Kritik Keras terhadap Pemkab Kuningan
Boy Sandy mendesak Pemkab Kuningan untuk melakukan kajian komprehensif terkait bencana ini. Kajian tersebut tidak hanya berfokus pada aspek ekonomi, tetapi juga harus memperhatikan dampak lingkungan jangka panjang.
Pernyataan BTNGC dinilai belum cukup untuk menutup polemik. Evaluasi akademis oleh ahli lingkungan dianggap perlu untuk mendapatkan kesimpulan yang kredibel dan ilmiah.
Aktivis ini juga mengingatkan pentingnya memperhatikan daya dukung lingkungan dalam pengembangan wisata. Ia mengungkapkan pernah menyampaikan kekhawatirannya terkait hal ini dalam forum diskusi ICMI Orda Kuningan.
Konservasi dan Masa Depan Pariwisata Kuningan
Boy Sandy mengkritisi kebijakan pengembangan wisata yang mengabaikan aspek konservasi lingkungan. Ia memperingatkan bahaya “hutan beton” yang dapat mengancam kelestarian alam.
Kecemasan atas eksploitasi alam tanpa batas diungkapkan oleh Boy Sandy. Ia berharap agar Pemerintah Daerah lebih memperhatikan keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan.
Ia bahkan menyerukan tindakan tegas dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, terhadap pihak-pihak yang terbukti merusak lingkungan. Sanksi berat dianggap perlu untuk memberikan efek jera.
Polemik longsor Cilengkrang masih jauh dari selesai. Bencana ini bukan hanya tentang tanah yang longsor, tetapi juga tentang krisis kepercayaan publik dan pentingnya pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Pertanyaan tentang penyebab utama longsor, apakah murni bencana alam atau ada campur tangan manusia, masih menunggu jawaban yang jelas dan obyektif. Ke depan, diperlukan kolaborasi semua pihak untuk memastikan pembangunan pariwisata di Kuningan tidak mengorbankan kelestarian alam.