Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah mempertimbangkan penyesuaian jam perdagangan. Langkah ini bertujuan untuk menjangkau lebih banyak investor di seluruh Indonesia, baik investor domestik maupun asing.
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menjelaskan bahwa kajian ini masih dalam proses. Tujuan utamanya adalah memberikan layanan yang lebih baik kepada seluruh segmen investor.
BEI Kaji Penyesuaian Jam Perdagangan untuk Optimalkan Layanan Investor
BEI berupaya meningkatkan layanan kepada investor dengan meninjau ulang jam operasional bursa. Kajian ini mencakup berbagai aspek untuk memastikan kepuasan dan aksesibilitas yang lebih baik.
Selain itu, BEI juga memperhatikan jam operasional bursa-bursa lain di kawasan Asia. Tujuannya adalah untuk tetap kompetitif di pasar regional.
Jam Perdagangan BEI Saat Ini dan Potensi Perubahan
Saat ini, sesi perdagangan pertama BEI berlangsung pukul 09.00-12.00 WIB (Senin-Kamis) dan 09.00-11.30 WIB (Jumat).
Sesi kedua berlangsung pukul 13.30-15.49.59 WIB (Senin-Kamis) dan 14.00-15.49.59 WIB (Jumat).
Potensi perubahan jam perdagangan ini masih dalam tahap kajian. Belum ada informasi resmi mengenai perubahan yang akan diterapkan.
IHSG Menguat di Tengah Ketidakpastian Global
Pada perdagangan Selasa, 17 Juni 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,54% ke posisi 7.155,85.
Penguatan ini terjadi di tengah aksi beli saham oleh investor asing. Nilai transaksi harian mencapai Rp 11,9 triliun.
Investor asing tercatat membeli saham senilai Rp 259,54 miliar. Meskipun demikian, sepanjang tahun 2025, investor asing masih melakukan aksi jual bersih Rp 48,46 triliun.
Sebanyak 289 saham menguat, sementara 309 saham melemah. Sisanya, 209 saham stagnan.
Sektor transportasi mencatatkan kenaikan tertinggi sebesar 2,55%. Sebaliknya, sektor energi dan industri mengalami penurunan.
Analisis Sentimen Pasar
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menuturkan pelaku pasar mencermati kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed).
Ketidakpastian tarif dagang AS dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah juga memengaruhi sentimen pasar.
Di dalam negeri, pelaku pasar juga menantikan kebijakan moneter Bank Indonesia (BI).
BI diprediksi mempertahankan suku bunga acuan di level 5,5 persen untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Kesimpulannya, BEI tengah berupaya meningkatkan layanannya melalui kajian penyesuaian jam perdagangan. Perubahan ini diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan investor di seluruh Indonesia dan meningkatkan daya saing BEI di pasar regional. Sementara itu, IHSG menunjukkan kinerja positif meski dibayangi ketidakpastian global, menunjukkan resiliensi pasar saham Indonesia.