Rencana pernikahan Jeff Bezos dan Lauren Sánchez di Venesia pada akhir Juni 2025 telah memicu kontroversi besar. Para aktivis setempat melancarkan protes keras, menganggap acara mewah tersebut akan memperburuk masalah pariwisata berlebihan yang sudah lama mendera kota bersejarah itu.
Kampanye “No Space for Bezos” menjadi sorotan utama dalam aksi protes ini. Para aktivis berencana menduduki jalan dan kanal-kanal Venesia untuk menyampaikan penolakan mereka terhadap pernikahan tersebut.
Protes “No Space for Bezos”: Lebih dari Sekadar Menolak Pernikahan
Marta Sottoriva, salah satu penyelenggara kampanye, menegaskan bahwa protes ini bukanlah tentang menolak pernikahan Bezos secara pribadi. Intinya adalah penolakan terhadap citra Venesia sebagai kota yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan super kaya.
Kehadiran Bezos, menurut Sottoriva, melambangkan jenis kekayaan yang dibangun atas eksploitasi banyak orang. Hal ini merujuk pada sejarah Amazon yang anti-serikat pekerja dan keterlibatan Bezos dalam pelantikan Presiden AS Donald Trump.
Dampak Over Tourism dan Aksi Protes yang Dilakukan
Para aktivis berpendapat bahwa Venesia semakin didominasi oleh wisatawan dan acara-acara besar, mengabaikan kebutuhan penduduk lokal. Kondisi ini menyebabkan depopulasi dan penutupan usaha-usaha lokal.
Pernikahan Bezos yang diperkirakan menelan biaya 10 juta Euro (sekitar Rp 188,3 miliar) dengan 200 tamu undangan, dianggap sebagai simbol dari masalah ini. Hotel-hotel mewah di kota tersebut telah dipesan penuh untuk acara tersebut.
Aksi protes damai direncanakan pada 28 Juni 2025. Ratusan orang diperkirakan akan berpartisipasi, memblokir jalan, menyumbat kanal dengan perahu dan kayak, serta melakukan aksi terjun ke air sebagai bentuk protes.
Tujuannya bukan untuk menghentikan pernikahan, tetapi untuk mengganggu rencana acara dan menarik perhatian global terhadap isu-isu yang dihadapi Venesia. Sottoriva menekankan kebutuhan mendesak akan perumahan yang layak dan upah yang layak bagi penduduk lokal.
Respons Pemerintah Kota dan Tantangan Pariwisata Berkelanjutan
Wali Kota Venesia, Luigi Brugnaro, justru menyambut baik pernikahan Bezos, menyebutnya sebagai kehormatan bagi kota. Ia bahkan berharap bisa bertemu dengan Bezos selama kunjungannya.
Pandangan ini bertolak belakang dengan perasaan banyak warga dan aktivis. Mereka merasa kota mereka dieksploitasi untuk kepentingan para miliarder, sementara kebutuhan dasar penduduk lokal terabaikan.
Pemerintah kota telah memberlakukan pajak wisatawan untuk mengatasi overtourism, namun dinilai belum cukup efektif. Beberapa pemilik bisnis lokal melihat pernikahan Bezos sebagai peluang ekonomi, berharap mendatangkan pelanggan baru.
Sottoriva dan para aktivis menekankan bahwa mereka tidak menentang kemajuan atau investasi. Mereka menuntut perhatian lebih terhadap kebutuhan penduduk lokal dan masa depan Venesia yang berkelanjutan.
Peningkatan pajak wisata harian di Venesia yang diberlakukan pada pertengahan 2025 juga menjadi bagian dari upaya mengatasi overtourism. Kebijakan ini sempat menuai kritik namun dianggap efektif oleh Wali Kota Venesia.
Pajak ini akan diberlakukan pada hari Jumat hingga Minggu dan hari libur, dari 18 April hingga 27 Juli 2025, hampir dua kali lipat dari periode penerapan tahun sebelumnya. Wali Kota Brugnaro menegaskan bahwa pajak ini bertujuan untuk membantu kota dan warganya dalam memerangi overtourism.
Kontroversi pernikahan Bezos di Venesia menyoroti dilema antara keuntungan ekonomi dari pariwisata dan pelestarian identitas budaya serta kesejahteraan penduduk lokal. Perdebatan ini menunjukkan perlunya pendekatan yang lebih berimbang dalam pengelolaan pariwisata di kota-kota bersejarah. Pernikahan mewah mungkin mendatangkan pemasukan sementara, tetapi kesejahteraan jangka panjang penduduk lokal dan kelestarian lingkungan harus tetap menjadi prioritas utama.
