Serangan udara Israel terhadap Iran pada Jumat, 13 Juni 2025, telah memicu krisis internasional yang signifikan. Iran secara tegas menyebut serangan tersebut sebagai deklarasi perang, mengancam akan membalas dengan konsekuensi yang “pahit dan menyakitkan.” Serangan yang menargetkan sekitar 100 lokasi strategis di Iran, termasuk fasilitas nuklir utama di Natanz, telah meningkatkan ketegangan regional secara drastis. Reaksi keras Iran dan implikasi globalnya menjadi perhatian utama dunia.
Ketegangan antara Iran dan Israel telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak konflik Gaza pada Oktober 2023. Dukungan Iran terhadap kelompok-kelompok proksi di wilayah tersebut, seperti Hezbollah di Lebanon dan Houthi di Yaman, semakin memperkeruh hubungan kedua negara. Serangan ini menandai eskalasi konflik yang paling serius hingga saat ini.
Korban Jiwa dan Eskalasi Militer
Serangan Israel mengakibatkan jatuhnya korban jiwa penting di pihak Iran. Kepala Staf Angkatan Bersenjata, Mohammad Bagheri, dan Kepala Garda Revolusi, Hossein Salami, dilaporkan tewas.
Sejumlah ilmuwan nuklir Iran juga menjadi korban dalam serangan tersebut. Ayatollah Ali Khamenei segera menunjuk pengganti untuk posisi-posisi tersebut.
Sebagai pembalasan, Iran melancarkan serangan balasan dengan meluncurkan sekitar 100 drone ke wilayah Israel. Sebagian besar drone berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Israel, sementara Yordania juga melaporkan mencegat beberapa drone yang melanggar wilayah udaranya.
Reaksi Internasional dan Diplomasi
Iran segera mengirimkan nota diplomatik ke Dewan Keamanan PBB, mendesak respons global terhadap agresi Israel. Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyebut serangan tersebut sebagai “deklarasi perang.”
Amerika Serikat, meskipun membantah keterlibatan langsung dalam serangan Israel, menyatakan bahwa Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir. Presiden AS Donald Trump, yang mengaku telah mengetahui rencana serangan tersebut, memperingatkan Iran agar tidak menyerang kepentingan AS.
Teheran, bagaimanapun, menegaskan bahwa Amerika Serikat tetap bertanggung jawab atas eskalasi konflik.
Pernyataan Israel dan Dampak Ekonomi Global
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa serangan tersebut bertujuan untuk menghentikan program nuklir Iran dan menegaskan bahwa operasi militer akan berlanjut selama diperlukan.
Serangan tersebut juga berdampak signifikan pada ekonomi global. Harga minyak dunia melonjak tajam, sementara bursa saham internasional mengalami tekanan besar. Presiden Trump memperingatkan tentang potensi perang besar di kawasan dan menyatakan bahwa AS telah menarik sebagian stafnya dari Timur Tengah sebagai tindakan pencegahan.
Serangan Balasan Iran ke Tel Aviv
Sebagai aksi balasan, Iran melancarkan serangan rudal ke Tel Aviv. Hampir 100 rudal dilaporkan diluncurkan ke ibu kota Israel pada Jumat tengah malam waktu setempat.
Ledakan besar terdengar di Tel Aviv, menyebabkan kepanikan dan warga berlarian mencari perlindungan. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan bahwa sebagian besar rudal berhasil dicegat atau gagal mencapai target.
Layanan Ambulans Magen David Adom (MDA) melaporkan sekitar 40 orang mengalami luka-luka akibat serangan tersebut. IDF menegaskan bahwa serangan Iran belum berakhir.
Implikasi Jangka Panjang dan Masa Depan
Ketegangan antara Iran dan Israel mencapai titik puncaknya setelah serangan Israel yang menewaskan sejumlah tokoh penting di Iran. Reaksi keras Iran berupa serangan balasan rudal dan drone menunjukkan bahwa konflik ini berpotensi eskalasi lebih lanjut. Dampak ekonomi global yang signifikan, termasuk lonjakan harga minyak, menunjukkan betapa rentannya dunia terhadap konflik di Timur Tengah.
Pernyataan-pernyataan dari kedua belah pihak menunjukkan minimnya peluang untuk de-eskalasi dalam waktu dekat. Peran PBB dan komunitas internasional dalam meredakan ketegangan menjadi sangat krusial untuk mencegah konflik meluas dan mengakibatkan dampak yang lebih besar. Kejadian ini menjadi pengingat penting akan betapa rapuhnya perdamaian di wilayah yang bergejolak ini.